KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah kepada
kita. Shalawat serta salam tak lupa kita sanjunagkan kepada Nabi agung kita,
Nabi Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk dan perubahan bagi kita
semua.Pada kesempatan ini kami telah menyelesaikan tugas makalah yang berguna bagi kita dan mahasiswa
lainnya. Tak lupa, lami selaku pembuat makalah berterimakasih kepada Ibu
Zuhrotul Latifah, S.Ag. M.Hum yang telah memberi pengarahan dalam menyelesaikan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis memohon maaf apabila
dalam penulisan makalah masih terdapat banyak kesalahan dalam kaliamat dan tata
bahasanaya. Oleh karena itu, kami mengharap masukan, baik kritik dan saran yang
membangun agar kami mampu memperbaiki di kemudian hari. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan bagi pembaca.
Yogyakarta
10 November 2016
(Penulis)
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................... 1
DAFTAR
ISI........................................................................................................................ 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang.......................................................................................................... 3
B. Rumusan
masalah..................................................................................................... 5
C. Tujuan
Penulisan....................................................................................................... 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar
belakang kelahiran Syi’ah................................................................................ 6
B. Pokok-pokok
pikiran aliran Syi’ah............................................................................ 6
C.
Perkembangan kelompok Syi’ah di Indonesia dan metode penyebarannya............ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................ 12
Daftar
Pustaka..................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara
fisik, sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syi’ah. Akan tetapi jika
diteliti lebih dalam terutama dari sisi akidah, perbedaan di antara keduanya
ibarat minyak dan air. Sehingga tidak mungkin disatukan..Syiah menurut
etimologi bahasa arab bermakna pembela dan pengikut seseorang, selain itu juga
bermakna setiap kaum yang berkumpul diatas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah,
3/61 karya Azhari dan Taajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi).Adapun
menurut terminologi syariat, syiah bermakna mereka yang menyatakan bahwa Ali
bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk menjadi
khalifah kaum muslimin, begitu pula sepeninggal beliau (Al-Fishal Fil Milali
Wal Ahwa Wan Nihal karya Ibnu Hazm)
Syiah
mulai muncul setelah pembunuhan khalifah Utsman bin ‘Affan. Pada masa
kekhalifahan Abu Bakar, Umar, masa-masa awal kekhalifahan Utsman yaitu pada
masa tahun-tahun awal jabatannya, Umat islam bersatu, tidak ada perselisihan.
Kemudian pada akhir kekhalifahan Utsman terjadilah berbagai peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya perpecahana, muncullah kelompok pembuat fitnah dan
kezhaliman, mereka membunuh Utsman, sehingga setelah itu umat islam pun
berpecah-belah.Pada masa kekhalifahan Ali juga muncul golongan syiah akan
tetapi mereka menyembunyikan pemahaman mereka, mereka tidak menampakkannya
kepada Ali dan para pengikutnya.
Saat itu
mereka terbagi menjadi tiga golongan.
- Golongan yang menganggap Ali
sebagai Tuhan. Ketika mengetahui sekte ini Ali membakar mereka dan membuat
parit-parit di depan pintu masjid Bani Kandah untuk membakar mereka. Imam
Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ia mengatakan,
“Suatu ketika Ali memerangi dan membakar orang-orang zindiq (Syiah yang
menuhankan Ali). Andaikan aku yang melakukannya aku tidak akan membakar
mereka karena Nabi pernah melarang penyiksaan sebagaimana siksaan Allah
(dibakar), akan tetapi aku pasti akan memenggal batang leher mereka,
karena Nabi bersabda:
من بدل دينه فاقتلوه
“Barangsiapa yang mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah ia“ - Golongan Sabbah (pencela). Ali mendengar tentang Abu Sauda (Abdullah bin Saba’) bahwa ia pernah mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali mencarinya. Ada yang mengatakan bahwa Ali mencarinya untuk membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri
- Golongan Mufadhdhilah, yaitu mereka yang mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar. Padahal telah diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi Muhammad bahwa beliau bersabda,
خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر ثم
عمر
“Sebaik-baik
umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar dan Umar”.
Riwayat semacam ini dibawakan oleh imam Bukhari dalam kitab shahihnya, dari Muhammad bin Hanafiyyah bahwa ia bertanya kepada ayahnya, siapakah manusa terbaik setelah Rasulullah, ia menjawab Abu Bakar, kemudian siapa? dijawabnya, Umar.
Riwayat semacam ini dibawakan oleh imam Bukhari dalam kitab shahihnya, dari Muhammad bin Hanafiyyah bahwa ia bertanya kepada ayahnya, siapakah manusa terbaik setelah Rasulullah, ia menjawab Abu Bakar, kemudian siapa? dijawabnya, Umar.
Dalam
sejarah syiah mereka terpecah menjadi lima sekte yang utama yaitu Kaisaniyyah,
Imamiyyah (rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat dan Ismailliyah. Dari kelima sekte
tersebut lahir sekian banyak cabang-cabang sekte lainnya.
Dari lima
sekte tersebut yang paling penting untuk diangkat adalah sekte imamiyyah atau
rafidhah yang sejak dahulu hingga saat ini senantiasa berjuang keras untuk
menghancurkan islam dan kaum muslimin, dengan berbagai cara kelompok ini terus
berusaha menyebarkan berbagai macam kesesatannya, terlebih setelah berdirinya
negara syiah, Iran yang menggulingkan rezim Syah Reza Pahlevi.
icarakan
dalam berbagai media baik ektronik maupun cetak. Berbagai pendapat tentang aliran syi’ah
menyatakan bahwa syi’ah bukanlah agama Islam. Syi’ah merupakan aliran sesat
aqidahnya telah memiliki visi untuk menghancurkan kaum muslimin. Hal ini tentu
bukan karena tanpa bukti, segala aqidah dan juga ajaran yang telah dibawa oleh
aliran syi’ah merupakan ajaran yang telah melenceng jauh dari kaidah ajaran
Islam. Maka tak heran bila aliran syi’ah hingga kini menuai banyak kecaman. Di
Indonesia sendiri berbagai protes tentang syi’ah juga terus berkembang. Banyak
pihak meminta agar MUI mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Aliran syi’ah.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Latar Belakang kelahiran Syi’ah?
2. Apa pokok-pokok pikiran aliran Syi’ah?
3.
Perkembangan kelompok Syi’ah di Indonesia dan metode penyebarannya
C. Tujuan Penulisan
1. Agar
mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui latar belakang Syi’ah.
2. Agar
mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok pikiran aliran
Syi’ah.
3. Agar
mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui perkembangan kelompok Syi’ah di
Indonesia dan metode penyebarannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Latar
belakang kelahiran Syi’ah
Syiah pada awalnya adalah
“hanya” firqoh politik umat islam, tapi belakangan ini, syiah berkembang
menjadi sebuah gerakan pemikiran bukan hanya masalah politik, tetapi juga
menyangkut bidang-bidang yang berpengaruh bagi perkembangan umat islam di masa
depan, seperti pemikiran hukum islam. Syiah sudah mulai merintis gerakannya
pada masa Bani Umayyah, Bani Abbas, namun hanya sebuah aksi-aksi oposisional
kecil. Di kedua zaman dinasti ini, mereka di kejar-kejar dan akan dihancurkan.
Menurut pandangan penguasa, kelompok ini terlalu sulit di puaskan dan memang
dari sudut pandang kelompok syiah sendiri. Kepemimpinan islam haruslah dipegang
Ali bin Abi thalib beserta keturunannya.
Sekarang ini, gerakan
pemikiran syiah sudah sedemikian maju, meninggalkan pemikiran kaum sunni yang
cenderung stagnan. Ini dikarenakan alasan sosiokultural dan politis
tokoh-tokohnya antara lain, sayyed Hussein Nass, Murtadha rautahhari, Muhammad
Baqir AL Shadr. Dalam sejarah, kelompok ini terpecah menjadi 3 kelompok besar:
Itsna ‘Asyariyah, Islamiyah, dari Zaidiyah. Selebihnya merupakan
kelompok-kelompok kecil yang dipandang liar (ghulath). Masing-masing
kelompok itu tidak hanya mewakili kelompok politis, tetapi juga kelompok
pemikiran. Pemikiran syiah tidak berhenti dengan timbulnya perpecahan itu,
tetapi justru perpecahan itu merupakan sebagian dari faktor-faktor kompetitif
dalam memajukan pemikiran.
B.
Pokok-pokok pikiran Aliran Syiah
1.
Syiah Zaidiyah (740
M)
Sekte syiah ini
merupakan sekte syiah yang paling dekat dengan sunni, disebut zaidiyah karenaa
mengakui Zaid ibn Zamal abiding sebagai imam kelima. Syiah Zaidiyah mendapat
dukungan banyak karena memberontak pada dinasti Amawiyah.
A.
Konsep Imamah dan ajaran lainnya.
Sekte ini berpendapat bahwa imam tidak ditentukan Nabi
SAW tetapi hanya sifat-sifatnya saja. Syarat-syarat imam menurut syiah
zaidiyah: pertama, ia merupakan keturunan ahl-al-bait, pada konsep dosa, sekte
ini berpendapat bahwa orang yang melakukan akan kekal didalam neraka. Abu
zahrah berpendapat bahwa zaid pernah berguru kepada washil bin atha’, tokoh
mu’tazilah jadi tak heran bila syi’ahzaidiyah memiliki konsep yang sama dengan
mu’tazilah dalam hal dosa. Sekte ini juga menolak nikah muth’ah.Syiah zaidiyah
merupakan sekte syiah yang paling dekat dengan sunni. Kelompok ini desebut zaidiyah
karena mereka mengakui Zaid Ibn Ali Zainal Abidin sebagai imam kelima.
2.
Syiah Ismailiyah
Syiah Islamiyah
merupakan sekte terbesar kedua dalam syiah dan hanya mengakui tujuh orang imam,
yaitu : 1) Ali Ibn Abi Thalib 2) Hasan Ibn Ali 3) Husein Ibn Ali 4) Ali
Zainal Abidin 5) Muhammad Al Baqir 6) Ja’far al Shadiq 7) Ismail Ibn Ja’far. Penisbatan
kepada imam Ismail inilah mereka dinamakan Ismaiiyah. Selanjutnya karena ismail
itu adalah imam ketujuh, maka mereka juga disebut dengan al-sab’iyah.
Para pengikut
syiah ini berpendapat bahwa sesudah Imam Ja’far al-Shadiq, imam keenam dalam
syiah, adalah jatuh kepada putra sulungnya yang bernama ismail. Berbeda dengan
syiah itsna’Asyariyah yang menyatakan bahwa imam ketujuh adalah Musa
al-kadzim. Akan tetapi ismail sebagai putra sulung meninggal dunia sebelum
Imam Ja’far al-shadiq.
Syiah Ismailiyah
dalam perjalanan sejarahnya telah melahirkan beberapa cabang, antara lain:
Qaramithah, Fathimiah, Assasin (Hasyasyin) dan Druz. Meski kecil jumlahnya,
mereka menyebar disekitar 20 negara termasuk Afghanistan, India, Iran,
Pakistan, Syiria, Libanon, Yunani, Inggris, Amerika Utara. Cina dan Uni Sovyet.
a.
Konsep Imamah dan Ajaran Lainnya
Golongan
Ismailiyah percaya bahwa agama islam dibangun oleh tujuh pilar seperti
dijelaskan al-Qadhi al-Nu’man. Tujuh
pilar tersebut: 1) Iman 2) Thaharah 3) Sholat 4) Zakat 5) Shaum 6) Haji 7)
Jihad. Pilar pertamanya yaitu Iman seperti dijelaskan Qadhi al-Nu’man.
Tentang iman
zaman, syiah Ismailiyah berdasarkan kepada sebuah hadis Nabi SAW. Yang
terjemahan inggrisnya adalah sebagai berikut: “He who dieswithout knowing of
time when still alive in ignorance” Hadist yang seperti ini juga terdapat
dala sekte sunni dan syiah itsna ‘Asyariyah, namun dalam hadis kedua sekte ini
tidak mencantumkan iman zaman. Keimanan hanya bisa diterima sesuai keyakinaan
syiah melalui walayah (kesetiaan) iman zaman. Iman adalah seorang yang
menuntun kepada pengetahuan (ma’rafah) dan dengan pengetahuan tersebut
seorang muslim akan menjadi seorang mukmin yang sebenar-benarnya.
Adapun mengenai
persyaratan seorang imam, syiah ima’iliyah menetapkan persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
1.
Imam harus keturunan Ali bin Abi Thalib melalui
perkawinannya dengan Fatimah yang kemudian dikenal dengan Ahl al-Bait.
2.
Imam harus berdasarkan petunjuk atau nash, syiah
Ismailiyah meyakini bahwa setelah nabi wafat, Ali ibn Abi Thalib mejadi imam
berdasarkan penunjukan khusus yang dilakukan nabi sebelum wafat.
3.
Keimanan jatuh pada anak tertua. Syiah Ismailiyah
menggariskan bahwa seorang imam memperoleh imamah dengan jalan wiratsah
dan seharusnya merupakan anak yang paling tua.
4.
Imam harus maksum (immunity from sin and error)
sebagaimana dalam aliran sekte syiah lainnya, syiah Ismailiyah menggariskan
bahwa seorang imam harus terjaga dari salah dan dosa.
5.
Imam harus seorang yang paling baik (best of men)
berbeda dengan syiah zaidiyah, syiah Ismailiyah dan syiah dua belas tidak
membolehkan adanya iman mafdhul.
Doktrin
tentang imamah menempati posisi sentral dalam syiah Ismailiyah. Kepatuhan dan
pengabdian terhadap imam dipandang sebagai prinsip dalam menerima ajaran suci
imam. Syiah Ismailiyah seperti sekte lainnya memiliki cita tentang pemahaman
dan penerapan islam secara totalitas agar umat diperintah oleh kehendak tuhan,
bukan oleh kehendak manusia yang tidak tertebtu.
Beberapa
ajaran lainya dari orang-orang Ismailiyah adalah tentang filsafat ketuhanannya
yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan dengan sabaiyah ( pemuja bintang yang
digabungkan dengan unsur-unsur hindu ). Mereka percaya bahwa setiap realitas
lahir mempunyai aspek batin dan masing-masing
unsur wahyu mengandung takwil.
3.
Syiah Itsna ‘Asyariah
Aliran itsna
‘Asyariah adalah aliran yang masyhur dalam syiah yang tersebar di berbagai
negara islam, dan menjadi mazhab resmi negara di republic islam iran. Syiah
itsna ‘asyariah sepakat bahwa Ali ibn Abi Thalib adalah penerima wasiat Nabi
Muhammad SAW. Seperti yang ditunjukkan nas. Nama Itsna ‘Asyariah (dua belas)
ini mengandung makna penting dalam tinjauan sejarah. Yaitu bahwa aliran ini
terbentuk setelah lahirnya semua imam yang berjumlah dua belas, Muhammad
al-mahdi dinyatakan ghaiba (occultation) oleh para pengikut aliran ini.
a.
Ajaran Dasar
Syiah Itsna ‘Asyariah
Dalam syiah
itsna ‘asyariah dikenal cukup banyak ajaran yang harus dipatuhi, seperti
menyangkut masalah akidah, ibdah, mu’amalah, imamah, ishmah, washiat, raj’ah,
bada’ dan lain sebagainya, namun pada prinsipnya, seluruh ajaran tersebut
bertumpu pada 5 ajaran pokok yang dikenal dengan ushuluddin, yaitu:
1.
Tauhid (the divine unity)
2.
Keadilan (the divine justice)
3.
Nubuwwah ( apoltlenship)
4.
Ma’ad (the last day)A
5.
Imamah (the divine guidance)
b.
Kosepsi Imamah
Imamah
merupakan doktrin fundamental dalam syiah. Tanpa menyakini imamah, seseorang
tidak dapat disebut sebagai penganut syiah. Dengan kata lain, menyakini imamah
adalah fardhu ‘ain. Imamah adalah jabatan fungsuional seorang imam. Imam
berfungsi sebagai pemimpin religio-politok seluruh komunitas muslim yang
dipercsaya tuhan dalam rangka amal ma’ruf nahi ‘an al munkar.
Kayakina
bahwa imamah merupakan luth dari allah adalah berdasarkan pada paham keadilan
tuhan. Bagi syiah itsna ‘asyariah tuhan waib berlaku adil, dan keadilan tuhan
menuntut supaya tuhan menetapkan imamah. Pendapat bahwa penetapan imamah
merupakan kewajiban tuhan berdasarkan keadilannya, diawali dari pendapat bahwa
manusia adalah makhluk yang lemah tidak terlepas dari kesalahan dan dosa. Tidaklah
mungkin manusia yang bersifat sperti itu mencapai kebahaagiaan sendirinya. Oleh
karena itu manusia memerlukan iman yang akan membimbing mereka mencapai
kebahagian didunia dan akhirat sebagaimana Nabi membimbing manusia.
Dalam
keyakinan syiah Itsna ‘Asyariah juga dikenal ajaran taqiyah. Taqiyah berarti
mengatakan atau melakukan suatu perbuatan yang berlawanan dengan apa yang
diyakininya demi menjaga keselamatan dan kehormatan diri, harta atau nyawanya.
Ajaran ini merupakan ajaran penting disamping imam dan ishmah. Bagi pengikut
syiah ini meyakini dan mengamalkan ajaran ini adalah wajib. Kewajiban ini
didasarkan pada fatwa yang dikeluarkan oleh para imamnya, diantaranya fatwa
imam Ja’far al-Shadiq: “taqiyah adalah agamaku dan agama nenek moyangku”
fatwanya yang lain: “barang siapa yang tidak bertaqiyah berarti tidak beragama.
Selain dari
faham atau keyakina yang telah diuraokan, terdapat keyakinan yang juga penting
dalam syiah itsna ‘asyariah, yaitu faham mahdiyah. Faham ini berarti keyakinan
akan datangnya imam al-mahdi nanti pada akhir zaman.menurut mereka imam
al-mahdi yang akan datang nanti adalah imam mereka yang ke12 yang meghilang
pada tahun 260 H. Imam ini akan datang kembali ke dunia untuk menegakkan
keadilan dan menyelamtkan manusia dari kelaliman. Pengikut syiah itsna
‘asyariah berkeyakinan bahwaimam al-mahdi, walaupun sudah sekian lama belum
muncul, tidak mati melainkan bersembuyi, oleh karena itu kedatangannya tetap
ditunggu. Karena itulah imam Muhammad ibn al-hasan al-askari ini disebut imam
al-muntadzar.
C. Perkembangan Kelompok Syi’ah di Indonesia dan Metode
Penyebarannya
Ditinjau dari
perjalanan sejarah, komunitas Syi’ah di Indonesia dapat dikategorikan dalam
tiga generasi utama, yaitu : Generasi Pertama, sebelum meletus Revolusi
Iran tahun 1979, Syi’ah sudah ada di Indonesia, baik Imamiyah, Zaidiyah, maupun
Ismailiyah. Mereka menyimpan keyakinan itu hanya untuk diri mereka sendiri dan
hanya untuk keluarga yang sangat terbatas. Karena itu, mereka bersifat sangat
eksklusif, tidak atau belum punya semangat misionaris untuk menyebarkan
ajarannya kepada orang lain.
Generasi Kedua, didominasi oleh kalangan intelektual yang kebanyakan
berasal dari perguruan tinggi. Tertarik kepada Syi’ah sebagai alternative
pemikiran Islam. Mereka lebih tertarik kepada pemikiran Syi’ah daripada
ritus-ritus atau fiqihnya. Dari segi stuktur social, generasi ini berasal dari
kelompok menengah keatas, kebanyakan mahasiswa dan akademisi perguruan tinggi.
Dari segi mobilitas, banyak diantara mereka yang mempunyai akses kedunia Islam
Internasional. Dari segi ideologis, cenderung radikal, lebih mirip dengan
kelompok Neomaxian.
Generasi Ketiga, kelompok ini mulai mempelajari fiqih syi’ah terutama
oleh lulusan qom di Iran. Bukan lagi sekedar pemikiran, mereka cenderung
berkonflik dengan kelompok lain. Semangat misionaris yang tinggi untuk
menyebarkan ajarannya, dimensi intelektual sangat rendah, karena lebih sibuk
pada fiqih , menganngap syi’ah gelombang kedua itu bukan syi’ah yang sebenarnya cenderung
memposisikan diri sebagai representasi original tentang faham syi’ah dana tau
sebagai pemimpin syi’ah di Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan makalah
yang kami buat adalah syiah terbagi menjadi 3 golongan :
1.
Golongan yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Ketika
mengetahui sekte ini Ali membakar mereka dan membuat parit-parit di depan pintu
masjid Bani Kandah untuk membakar mereka. Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab
shahihnya, dari Ibnu Abbas ia mengatakan, “Suatu ketika Ali memerangi dan
membakar orang-orang zindiq (Syiah yang menuhankan Ali). Andaikan aku yang
melakukannya aku tidak akan membakar mereka karena Nabi pernah melarang
penyiksaan sebagaimana siksaan Allah (dibakar), akan tetapi aku pasti akan memenggal
batang leher mereka, karena Nabi bersabda:
من بدل دينه فاقتلوه
“Barangsiapa yang mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah ia“
من بدل دينه فاقتلوه
“Barangsiapa yang mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah ia“
2.
Golongan Sabbah (pencela). Ali mendengar tentang Abu
Sauda (Abdullah bin Saba’) bahwa ia pernah mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali
mencarinya. Ada yang mengatakan bahwa Ali mencarinya untuk membunuhnya, akan
tetapi ia melarikan diri
3.
Golongan Mufadhdhilah, yaitu mereka yang mengutamakan
Ali atas Abu Bakar dan Umar. Padahal telah diriwayatkan secara mutawatir
dari Nabi Muhammad bahwa beliau bersabda,
Mengenai
pergerakan syi’ah di Indonesia tidak terlepas dari dinamika perkembangan Syi’ah
di seluruh dunia. Keyakinan dan pemahaman serta ajaran yang dikembangkan
menunjukkan suatu benang merah, meski tidak sepenuhnya monotilik karena terdiri
dari berbagai macam sekte dalam kesatuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim
Penulis MUI Pusat, Mengenal &
Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia, Jakarta : 2013
Fadil
Su’ud Ja’fari, Islam Syiah, Malang :
UIN-MALIKI press : 2010
No comments:
Post a Comment