Friday, December 16, 2016

ajaran aliran syiah


KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah kepada kita. Shalawat serta salam tak lupa kita sanjunagkan kepada Nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk dan perubahan bagi kita semua.Pada kesempatan ini kami telah menyelesaikan tugas  makalah yang berguna bagi kita dan mahasiswa lainnya. Tak lupa, lami selaku pembuat makalah berterimakasih kepada Ibu Zuhrotul Latifah, S.Ag. M.Hum yang telah memberi pengarahan dalam menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah masih terdapat banyak kesalahan dalam kaliamat dan tata bahasanaya. Oleh karena itu, kami mengharap masukan, baik kritik dan saran yang membangun agar kami mampu memperbaiki di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan bagi pembaca.









                                                                                                Yogyakarta 10  November 2016

                       



                                                                                                               (Penulis)

                                                                                                                               









DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2

BAB  I    PENDAHULUAN

A.    Latar belakang.......................................................................................................... 3



B.     Rumusan masalah..................................................................................................... 5

C.     Tujuan Penulisan....................................................................................................... 5

                                      

BAB  II   PEMBAHASAN

A.    Latar belakang kelahiran Syi’ah................................................................................ 6



B.     Pokok-pokok  pikiran aliran Syi’ah............................................................................ 6



C.     Perkembangan kelompok Syi’ah di Indonesia dan metode penyebarannya............ 11



BAB  III  PENUTUP

A.    Kesimpulan............................................................................................................ 12

Daftar Pustaka..................................................................................................................... 13





BAB I

PENDAHULUAN



A.   Latar Belakang

Secara fisik, sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syi’ah. Akan tetapi jika diteliti lebih dalam terutama dari sisi akidah, perbedaan di antara keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga tidak mungkin disatukan..Syiah menurut etimologi bahasa arab bermakna pembela dan pengikut seseorang, selain itu juga bermakna setiap kaum yang berkumpul diatas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61 karya Azhari dan Taajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi).Adapun menurut terminologi syariat, syiah bermakna mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk menjadi khalifah kaum muslimin, begitu pula sepeninggal beliau (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal karya Ibnu Hazm)

Syiah mulai muncul setelah pembunuhan khalifah Utsman bin ‘Affan. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, masa-masa awal kekhalifahan Utsman yaitu pada masa tahun-tahun awal jabatannya, Umat islam bersatu, tidak ada perselisihan. Kemudian pada akhir kekhalifahan Utsman terjadilah berbagai peristiwa yang mengakibatkan timbulnya perpecahana, muncullah kelompok pembuat fitnah dan kezhaliman, mereka membunuh Utsman, sehingga setelah itu umat islam pun berpecah-belah.Pada masa kekhalifahan Ali juga muncul golongan syiah akan tetapi mereka menyembunyikan pemahaman mereka, mereka tidak menampakkannya kepada Ali dan para pengikutnya.

Saat itu mereka terbagi menjadi tiga golongan.

  1. Golongan yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Ketika mengetahui sekte ini Ali membakar mereka dan membuat parit-parit di depan pintu masjid Bani Kandah untuk membakar mereka. Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ia mengatakan, “Suatu ketika Ali memerangi dan membakar orang-orang zindiq (Syiah yang menuhankan Ali). Andaikan aku yang melakukannya aku tidak akan membakar mereka karena Nabi pernah melarang penyiksaan sebagaimana siksaan Allah (dibakar), akan tetapi aku pasti akan memenggal batang leher mereka, karena Nabi bersabda:
    من بدل دينه فاقتلوه
    Barangsiapa yang mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah ia
  2. Golongan Sabbah (pencela). Ali mendengar tentang Abu Sauda (Abdullah bin Saba’) bahwa ia pernah mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali mencarinya. Ada yang mengatakan bahwa Ali mencarinya untuk membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri
  3. Golongan Mufadhdhilah, yaitu mereka yang mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar. Padahal telah diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi Muhammad bahwa beliau bersabda,

خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر ثم عمر

Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar dan Umar”.
Riwayat semacam ini dibawakan oleh imam Bukhari dalam kitab shahihnya, dari Muhammad bin Hanafiyyah bahwa ia bertanya kepada ayahnya, siapakah manusa terbaik setelah Rasulullah, ia menjawab Abu Bakar, kemudian siapa? dijawabnya, Umar.

Dalam sejarah syiah mereka terpecah menjadi lima sekte yang utama yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat dan Ismailliyah. Dari kelima sekte tersebut lahir sekian banyak cabang-cabang sekte lainnya.

Dari lima sekte tersebut yang paling penting untuk diangkat adalah sekte imamiyyah atau rafidhah yang sejak dahulu hingga saat ini senantiasa berjuang keras untuk menghancurkan islam dan kaum muslimin, dengan berbagai cara kelompok ini terus berusaha menyebarkan berbagai macam kesesatannya, terlebih setelah berdirinya negara syiah, Iran yang menggulingkan rezim Syah Reza Pahlevi.

icarakan dalam berbagai media baik ektronik maupun cetak.  Berbagai pendapat tentang aliran syi’ah menyatakan bahwa syi’ah bukanlah agama Islam. Syi’ah merupakan aliran sesat aqidahnya telah memiliki visi untuk menghancurkan kaum muslimin. Hal ini tentu bukan karena tanpa bukti, segala aqidah dan juga ajaran yang telah dibawa oleh aliran syi’ah merupakan ajaran yang telah melenceng jauh dari kaidah ajaran Islam. Maka tak heran bila aliran syi’ah hingga kini menuai banyak kecaman. Di Indonesia sendiri berbagai protes tentang syi’ah juga terus berkembang. Banyak pihak meminta agar MUI mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Aliran syi’ah.



B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Latar Belakang kelahiran Syi’ah?

2.       Apa pokok-pokok pikiran aliran Syi’ah?

3.      Perkembangan kelompok Syi’ah di Indonesia dan metode penyebarannya







C.    Tujuan Penulisan

1.      Agar mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui latar belakang Syi’ah.

2.      Agar mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok pikiran aliran Syi’ah.

3.      Agar mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui perkembangan kelompok Syi’ah di Indonesia dan metode penyebarannya.

















BAB II

PEMBAHASAN



A.    Latar belakang kelahiran Syi’ah

Syiah pada awalnya adalah “hanya” firqoh politik umat islam, tapi belakangan ini, syiah berkembang menjadi sebuah gerakan pemikiran bukan hanya masalah politik, tetapi juga menyangkut bidang-bidang yang berpengaruh bagi perkembangan umat islam di masa depan, seperti pemikiran hukum islam. Syiah sudah mulai merintis gerakannya pada masa Bani Umayyah, Bani Abbas, namun hanya sebuah aksi-aksi oposisional kecil. Di kedua zaman dinasti ini, mereka di kejar-kejar dan akan dihancurkan. Menurut pandangan penguasa, kelompok ini terlalu sulit di puaskan dan memang dari sudut pandang kelompok syiah sendiri. Kepemimpinan islam haruslah dipegang Ali bin Abi thalib beserta keturunannya.

Sekarang ini, gerakan pemikiran syiah sudah sedemikian maju, meninggalkan pemikiran kaum sunni yang cenderung stagnan. Ini dikarenakan alasan sosiokultural dan politis tokoh-tokohnya antara lain, sayyed Hussein Nass, Murtadha rautahhari, Muhammad Baqir AL Shadr. Dalam sejarah, kelompok ini terpecah menjadi 3 kelompok besar: Itsna ‘Asyariyah, Islamiyah, dari Zaidiyah. Selebihnya merupakan kelompok-kelompok kecil yang dipandang liar (ghulath). Masing-masing kelompok itu tidak hanya mewakili kelompok politis, tetapi juga kelompok pemikiran. Pemikiran syiah tidak berhenti dengan timbulnya perpecahan itu, tetapi justru perpecahan itu merupakan sebagian dari faktor-faktor kompetitif dalam memajukan pemikiran.



B.     Pokok-pokok pikiran Aliran Syiah



1.      Syiah  Zaidiyah (740 M)

Sekte syiah ini merupakan sekte syiah yang paling dekat dengan sunni, disebut zaidiyah karenaa mengakui Zaid ibn Zamal abiding sebagai imam kelima. Syiah Zaidiyah mendapat dukungan banyak karena memberontak pada dinasti Amawiyah.



A.    Konsep Imamah dan ajaran lainnya.

Sekte ini berpendapat bahwa imam tidak ditentukan Nabi SAW tetapi hanya sifat-sifatnya saja. Syarat-syarat imam menurut syiah zaidiyah: pertama, ia merupakan keturunan ahl-al-bait, pada konsep dosa, sekte ini berpendapat bahwa orang yang melakukan akan kekal didalam neraka. Abu zahrah berpendapat bahwa zaid pernah berguru kepada washil bin atha’, tokoh mu’tazilah jadi tak heran bila syi’ahzaidiyah memiliki konsep yang sama dengan mu’tazilah dalam hal dosa. Sekte ini juga menolak nikah muth’ah.Syiah zaidiyah merupakan sekte syiah yang paling dekat dengan sunni. Kelompok ini desebut zaidiyah karena mereka mengakui Zaid Ibn Ali Zainal Abidin sebagai imam kelima.



2.      Syiah Ismailiyah

Syiah Islamiyah merupakan sekte terbesar kedua dalam syiah dan hanya mengakui tujuh orang imam, yaitu : 1) Ali Ibn Abi Thalib 2) Hasan Ibn Ali 3) Husein Ibn Ali 4) Ali Zainal Abidin 5) Muhammad Al Baqir 6) Ja’far al Shadiq 7) Ismail Ibn Ja’far. Penisbatan kepada imam Ismail inilah mereka dinamakan Ismaiiyah. Selanjutnya karena ismail itu adalah imam ketujuh, maka mereka juga disebut dengan al-sab’iyah.

Para pengikut syiah ini berpendapat bahwa sesudah Imam Ja’far al-Shadiq, imam keenam dalam syiah, adalah jatuh kepada putra sulungnya yang bernama ismail. Berbeda dengan syiah itsna’Asyariyah yang menyatakan bahwa imam ketujuh adalah Musa al-kadzim. Akan tetapi ismail sebagai putra sulung meninggal dunia sebelum Imam Ja’far al-shadiq.

Syiah Ismailiyah dalam perjalanan sejarahnya telah melahirkan beberapa cabang, antara lain: Qaramithah, Fathimiah, Assasin (Hasyasyin) dan Druz. Meski kecil jumlahnya, mereka menyebar disekitar 20 negara termasuk Afghanistan, India, Iran, Pakistan, Syiria, Libanon, Yunani, Inggris, Amerika Utara. Cina dan Uni Sovyet.

a.       Konsep Imamah dan Ajaran Lainnya

Golongan Ismailiyah percaya bahwa agama islam dibangun oleh tujuh pilar seperti dijelaskan al-Qadhi al-Nu’man.  Tujuh pilar tersebut: 1) Iman 2) Thaharah 3) Sholat 4) Zakat 5) Shaum 6) Haji 7) Jihad. Pilar pertamanya yaitu Iman seperti dijelaskan Qadhi al-Nu’man.

Tentang iman zaman, syiah Ismailiyah berdasarkan kepada sebuah hadis Nabi SAW. Yang terjemahan inggrisnya adalah sebagai berikut: “He who dieswithout knowing of time when still alive in ignorance” Hadist yang seperti ini juga terdapat dala sekte sunni dan syiah itsna ‘Asyariyah, namun dalam hadis kedua sekte ini tidak mencantumkan iman zaman. Keimanan hanya bisa diterima sesuai keyakinaan syiah melalui walayah (kesetiaan) iman zaman. Iman adalah seorang yang menuntun kepada pengetahuan (ma’rafah) dan dengan pengetahuan tersebut seorang muslim akan menjadi seorang mukmin yang sebenar-benarnya.

Adapun mengenai persyaratan seorang imam, syiah ima’iliyah menetapkan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1.      Imam harus keturunan Ali bin Abi Thalib melalui perkawinannya dengan Fatimah yang kemudian dikenal dengan Ahl al-Bait.

2.      Imam harus berdasarkan petunjuk atau nash, syiah Ismailiyah meyakini bahwa setelah nabi wafat, Ali ibn Abi Thalib mejadi imam berdasarkan penunjukan khusus yang dilakukan nabi sebelum wafat.

3.      Keimanan jatuh pada anak tertua. Syiah Ismailiyah menggariskan bahwa seorang imam memperoleh imamah dengan jalan wiratsah dan seharusnya merupakan anak yang paling tua.

4.      Imam harus maksum (immunity from sin and error) sebagaimana dalam aliran sekte syiah lainnya, syiah Ismailiyah menggariskan bahwa seorang imam harus terjaga dari salah dan dosa.

5.      Imam harus seorang yang paling baik (best of men) berbeda dengan syiah zaidiyah, syiah Ismailiyah dan syiah dua belas tidak membolehkan adanya iman mafdhul.

Doktrin tentang imamah menempati posisi sentral dalam syiah Ismailiyah. Kepatuhan dan pengabdian terhadap imam dipandang sebagai prinsip dalam menerima ajaran suci imam. Syiah Ismailiyah seperti sekte lainnya memiliki cita tentang pemahaman dan penerapan islam secara totalitas agar umat diperintah oleh kehendak tuhan, bukan oleh kehendak manusia yang tidak tertebtu.

Beberapa ajaran lainya dari orang-orang Ismailiyah adalah tentang filsafat ketuhanannya yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan dengan sabaiyah ( pemuja bintang yang digabungkan dengan unsur-unsur hindu ). Mereka percaya bahwa setiap realitas lahir mempunyai aspek batin dan masing-masing  unsur wahyu mengandung takwil.

3.      Syiah Itsna ‘Asyariah

Aliran itsna ‘Asyariah adalah aliran yang masyhur dalam syiah yang tersebar di berbagai negara islam, dan menjadi mazhab resmi negara di republic islam iran. Syiah itsna ‘asyariah sepakat bahwa Ali ibn Abi Thalib adalah penerima wasiat Nabi Muhammad SAW. Seperti yang ditunjukkan nas. Nama Itsna ‘Asyariah (dua belas) ini mengandung makna penting dalam tinjauan sejarah. Yaitu bahwa aliran ini terbentuk setelah lahirnya semua imam yang berjumlah dua belas, Muhammad al-mahdi dinyatakan ghaiba (occultation) oleh para pengikut aliran ini.

a.        Ajaran Dasar Syiah Itsna ‘Asyariah

Dalam syiah itsna ‘asyariah dikenal cukup banyak ajaran yang harus dipatuhi, seperti menyangkut masalah akidah, ibdah, mu’amalah, imamah, ishmah, washiat, raj’ah, bada’ dan lain sebagainya, namun pada prinsipnya, seluruh ajaran tersebut bertumpu pada 5 ajaran pokok yang dikenal dengan ushuluddin, yaitu:

1.      Tauhid (the divine unity)

2.      Keadilan (the divine justice)

3.      Nubuwwah ( apoltlenship)

4.      Ma’ad (the last day)A

5.      Imamah (the divine guidance)

b.       Kosepsi Imamah

Imamah merupakan doktrin fundamental dalam syiah. Tanpa menyakini imamah, seseorang tidak dapat disebut sebagai penganut syiah. Dengan kata lain, menyakini imamah adalah fardhu ‘ain. Imamah adalah jabatan fungsuional seorang imam. Imam berfungsi sebagai pemimpin religio-politok seluruh komunitas muslim yang dipercsaya tuhan dalam rangka amal ma’ruf nahi ‘an al munkar.

Kayakina bahwa imamah merupakan luth dari allah adalah berdasarkan pada paham keadilan tuhan. Bagi syiah itsna ‘asyariah tuhan waib berlaku adil, dan keadilan tuhan menuntut supaya tuhan menetapkan imamah. Pendapat bahwa penetapan imamah merupakan kewajiban tuhan berdasarkan keadilannya, diawali dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang lemah tidak terlepas dari kesalahan dan dosa. Tidaklah mungkin manusia yang bersifat sperti itu mencapai kebahaagiaan sendirinya. Oleh karena itu manusia memerlukan iman yang akan membimbing mereka mencapai kebahagian didunia dan akhirat sebagaimana Nabi membimbing manusia.

Dalam keyakinan syiah Itsna ‘Asyariah juga dikenal ajaran taqiyah. Taqiyah berarti mengatakan atau melakukan suatu perbuatan yang berlawanan dengan apa yang diyakininya demi menjaga keselamatan dan kehormatan diri, harta atau nyawanya. Ajaran ini merupakan ajaran penting disamping imam dan ishmah. Bagi pengikut syiah ini meyakini dan mengamalkan ajaran ini adalah wajib. Kewajiban ini didasarkan pada fatwa yang dikeluarkan oleh para imamnya, diantaranya fatwa imam Ja’far al-Shadiq: “taqiyah adalah agamaku dan agama nenek moyangku” fatwanya yang lain: “barang siapa yang tidak bertaqiyah berarti tidak beragama.

Selain dari faham atau keyakina yang telah diuraokan, terdapat keyakinan yang juga penting dalam syiah itsna ‘asyariah, yaitu faham mahdiyah. Faham ini berarti keyakinan akan datangnya imam al-mahdi nanti pada akhir zaman.menurut mereka imam al-mahdi yang akan datang nanti adalah imam mereka yang ke12 yang meghilang pada tahun 260 H. Imam ini akan datang kembali ke dunia untuk menegakkan keadilan dan menyelamtkan manusia dari kelaliman. Pengikut syiah itsna ‘asyariah berkeyakinan bahwaimam al-mahdi, walaupun sudah sekian lama belum muncul, tidak mati melainkan bersembuyi, oleh karena itu kedatangannya tetap ditunggu. Karena itulah imam Muhammad ibn al-hasan al-askari ini disebut imam al-muntadzar.






C.    Perkembangan Kelompok Syi’ah di Indonesia dan Metode Penyebarannya

Ditinjau dari perjalanan sejarah, komunitas Syi’ah di Indonesia dapat dikategorikan dalam tiga generasi utama, yaitu : Generasi Pertama, sebelum meletus Revolusi Iran tahun 1979, Syi’ah sudah ada di Indonesia, baik Imamiyah, Zaidiyah, maupun Ismailiyah. Mereka menyimpan keyakinan itu hanya untuk diri mereka sendiri dan hanya untuk keluarga yang sangat terbatas. Karena itu, mereka bersifat sangat eksklusif, tidak atau belum punya semangat misionaris untuk menyebarkan ajarannya kepada orang lain.

Generasi Kedua, didominasi oleh kalangan intelektual yang kebanyakan berasal dari perguruan tinggi. Tertarik kepada Syi’ah sebagai alternative pemikiran Islam. Mereka lebih tertarik kepada pemikiran Syi’ah daripada ritus-ritus atau fiqihnya. Dari segi stuktur social, generasi ini berasal dari kelompok menengah keatas, kebanyakan mahasiswa dan akademisi perguruan tinggi. Dari segi mobilitas, banyak diantara mereka yang mempunyai akses kedunia Islam Internasional. Dari segi ideologis, cenderung radikal, lebih mirip dengan kelompok Neomaxian.

Generasi Ketiga, kelompok ini mulai mempelajari fiqih syi’ah terutama oleh lulusan qom di Iran. Bukan lagi sekedar pemikiran, mereka cenderung berkonflik dengan kelompok lain. Semangat misionaris yang tinggi untuk menyebarkan ajarannya, dimensi intelektual sangat rendah, karena lebih sibuk pada fiqih , menganngap syi’ah gelombang kedua itu  bukan syi’ah yang sebenarnya cenderung memposisikan diri sebagai representasi original tentang faham syi’ah dana tau sebagai pemimpin syi’ah di Indonesia.


BAB III

KESIMPULAN

            Kesimpulan makalah yang kami buat adalah syiah terbagi menjadi 3 golongan :

1.      Golongan yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Ketika mengetahui sekte ini Ali membakar mereka dan membuat parit-parit di depan pintu masjid Bani Kandah untuk membakar mereka. Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ia mengatakan, “Suatu ketika Ali memerangi dan membakar orang-orang zindiq (Syiah yang menuhankan Ali). Andaikan aku yang melakukannya aku tidak akan membakar mereka karena Nabi pernah melarang penyiksaan sebagaimana siksaan Allah (dibakar), akan tetapi aku pasti akan memenggal batang leher mereka, karena Nabi bersabda:
من بدل دينه فاقتلوه
Barangsiapa yang mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah ia

2.      Golongan Sabbah (pencela). Ali mendengar tentang Abu Sauda (Abdullah bin Saba’) bahwa ia pernah mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali mencarinya. Ada yang mengatakan bahwa Ali mencarinya untuk membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri

3.      Golongan Mufadhdhilah, yaitu mereka yang mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar. Padahal telah diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi Muhammad bahwa beliau bersabda,

Mengenai pergerakan syi’ah di Indonesia tidak terlepas dari dinamika perkembangan Syi’ah di seluruh dunia. Keyakinan dan pemahaman serta ajaran yang dikembangkan menunjukkan suatu benang merah, meski tidak sepenuhnya monotilik karena terdiri dari berbagai macam sekte dalam kesatuan.







DAFTAR PUSTAKA




Tim Penulis MUI Pusat, Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia, Jakarta : 2013

Fadil Su’ud Ja’fari, Islam Syiah, Malang : UIN-MALIKI press : 2010





 

No comments:

Post a Comment