BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Bangsa Indonesia terdiri dari
berbargai macam etnik, dan salah satunya adalah Tionghoa, etnik terbesar yang
berasal dari luar. Nenek moyang mereka dahulu datang ke nusantara dengan
motivasi utama ekspansi perdagangan dan mencari kebutuhan ekonomi secara umum.
Menurut sepanjang sejarah orang-orang cina sudah hidup bernasyarakat dengan
budaya yang tinggi sejak tahun 2700 SM.. Beberapa sumber kuno mengemukakan
bahwa mereka telah mempunyai ‘Sje-tsing’ yaitu buku tentang pujian-pujian dan
‘Shu Ching’ yaitu buku tentang sejarah, yang memberi kesan bahwa mereka sudah
percaya pada satu tuhan (monotheisme) yang disebutnya ‘Shang ti atau penguasa
tertinngi yang berada di Tien (surga). Kemudian orang-orang Cina itu di tanah
airnya dipengaruhi ajaran Budha, Tao dan Kong Hu Cu, yang kemudian dibawa pula
mereka yang pergi merantau.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana asal-usul agama Kong Hu Cu?
2.
Siapakah pendiri dan pembawa ajaran agama Kong Hu Cu?
3.
Bagaimana system ketuhanan agama Kong Hu Cu?
4.
Apa nama kitab suci agama Kong Hu Cu?
5.
Bagaimana sekte-sekte agama Kong Hu CU?
6.
Apa doktrin-doktrin agama Kong Hu Cu?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Mengetahui asal-usul agama Kong Hu Cu
2.
Mengetahui pendiri dan pembawa ajaran agama Kong Hu Cu
3.
Mengetahui sistem ketuhanan agamaKong Hu Cu
4.
Mengetahui nama kitab suci agama Kong Hu Cu
5.
Mengetahui sekte-sekte agama Kong Hu Cu
6.
Mengetahui doktrin-doktrin agama Kong Hu Cu
BAB
II
Pembahasan
A.
Asal-usul agama Kong Hu Cu
Agama Kong Hu Cu dipadankan dengan sejumlah
sebutan: Kong Jiao/Kung Chiao, Ru
Jiao/Chiao, dan Ji Kau. Semua
sebutan tersebut merujuk pada sejarah bahwa Kong Hu Cu merupakan suatu “agama”
klasik Cina yang dibangkitkan kembali oleh Kong hu cu, yang dalam bahasa
asalnya berarti agama kaum yang taat, yang lembut hati, yang memperoleh
bimbingan, atau kaum terpelajar. Oleh sejumlah orientalis Kong Hu Cu di sebut
juga Confucianism, karena kongcu adalah tokoh
sentral yang membawa ajaran tersebut.
Kong Hu Cu atau Konfusis adalah
seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama pengembang
sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar.
Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar
melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang
baik.[1][1]
Dalam ia mengajarkan
ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak
membicarakan tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya
seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak
pribadi manusia yang baik. Namun dikarenakan ajaran-ajaran lebih banyak
mengarah pada kesusilaan dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering
digolongkandan dianggap sebagai pembawa agama.
Menurut para penganutnya, khong Hu
cu bukan sekedar suatu ajaran yang diciptakan oleh Nabi Khong Hu Cu melainkan
agama (Chiao) yang telah diturunkan
oleh Thien (Tuhan Yang Maha Esa),
lewat nabi dan Raja suci purba ribuan tahun sebelum lahir Nabi Khong u Cu.
Dalam kitab Susi VII. 1.2 telah dijelaskan bahwa Kong Hu Cu hanya meneruskan,
tidak menciptakan, ia sangat menaruh percaya dan suka kepada yang kuno itu.
Peran yang telah dilakukannya hanya sebagai Bok
Tok, Genta Rohani yang mencanangkan firman Thian, agar manusia kembali hidup menempuh Jalan Suci. Kong Hu Cu
telah dipilih oleh Thian untuk
melestarikan, membangkitkan kembali, meneruskan dan menyempurnakan agama-Nya. [2][2]
Menurut catatan sejarah, ajaran para
Nabi dan Raja Suci purba ditulis sejak Raja Suci Tong Giau, atau 17 abad
sebelum Kong Hu Cu lahir. Dengan kata lain, agama Ji Kau melalui proses yang terbentuk sejak abad 22 SM hingga pasca
Kong Hu Cu meninggal (abad 3 SM). Ajaran Ji
Kau sendiri baru dikompilasi pada tahun 79 M dan terhimpun dalam kitab suci
Ngo King. Kong Hu Cu hanya menulis 2
kitab yaitu Chu Chiu dan Hau King bersama 72 orang muridnya.
Menurut penganutnya semua ajaran yang terhimpun dalam kitab suci merupakan Thian Sik atau wahyu Tuhan. Oleh karena
itu, Kong Hu Cu dipercayai sebagai agama langit atau agama yang diturunkan oleh
Thian (Tuhan Yang Maha Esa).
Sebagaimana disebutkan, peran Kong
Hu Cu adalah mengumpulkan, menuliskan dan meneruskan kembali ajaran suci,
ajaran purba, agama terpelajar. Kehadirannya bersamaan dengan kondisi
masyarakat yang pada waktu itu selalu dalam kekacauan politik, ekonomi dan berkecamuknya
peperangan serta kebiadaban.
Pada saat itu kehadiran Kong Hu Cu
merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat yang sudah melampaui batas-batas
kemanusiaan, sehingga terpanggil untuk membangkitkan kembali agama Ru, agama orang lembut, bijak dan
terpelajar. Karena itu, tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa Kong Hu Cu
berpusat pada kemanusiaan dan keduniaan atau kurang memperhatikan hari
kemudian. Memang Kong Hu Cu lebih menitikberatkan ajaran tentang apa yang harus
dikerjakan manusi di dunia ini. Hari kemudian adalah refleksi hari ini. Hasil
semua perbuatan di dunia kini akan dipanen di hari akhir. Titik berat kekinian
dan kemanusiaan itu merupakan dorongan bagi pemeluknya untuk menjadi orang
bijak dan bajik, baik terhadap orangtua, keluarga, tetangga maupun negaranya.[3][3]
B.
Pendiri dan Pembawa ajaran Kong Hu Cu
Uraian tantang pribadi Kong Hu Cu dan cara hidupnya
digambarkan dalam laporan-laporan dari para muridnya yang terhimpun di dalam
‘Lun Yu’ yaitu suatu analisis kehidupan Kong Hu Cu. Guru dari Shantung ini
berasal dari keluarga sederhana, yang jujur dan setia berbakti kepada ‘Thian’.
Diceritakan bahwa kelahirannya pada tahun 551 SM dikota kecil Lu di wilayah
propinsi Shantung sekarang. Yang diiringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib dan
pada tubuhnya terdapat tanda-tanda luar biasa. Dia lahir sebagai anak bungsu
yang mempunyai 11 saudara.[4][4]
Sejak mudanya ia menderita, karena
ditinggal mati ayahnya pada usia 3 tahun, dan hanya dibesarkan oleh ibunya dan
kakeknya. Ia termasuk pemuda yang cerdas yang senang belajar ilmu pengetahuan
dan music. Menjelang dewasa, pada usia 35tahun ia bekerja sebagai pegawai di
pemerintahan umum di tempat asalnya untuk beberapa tahun saja yakni sejak Raja
Muda Ciau, pada usia 51-55 tahun Kong Hu Cu aktif dalam pemerintahan dan
terakhir menjabat sebagai Menteri Kehakiman merangkap Perdana Menteri. Dalam
waktu yang relatif singkat, ia berhasil mengangkat martabat negeri Lo sehingga
dihormati oleh negeri-negeri lain. Ia berhasil dan berpengalaman dalam
memperbaiki pemerintahan Lo yang kacau, penuh peperangan, korupsi, dan
kesengsaraan rakyat, melalui perbaikan system pemerintahan, filsafat dan etika,
dengan tetap berakar pada tradisi kepercayaannya. Kemudian berhenti pada tahun
528 SM dan selama 16 tahun menjadi guru. Karena ibunya wafat, ia lalu pergi
mengasingkan diri untuk bersemadi selama tiga tahun. Setelah selesai
meditasinya ia menyampaikan ajaran-ajarannya sehingga berangsur-angsur ia
mempunyai pengikut. Memasuki umur 50 tahun namanya memuncak naik dan mendapat
kedudukan tinggi dalam pemeritahan.
Pengalaman dalam birokrasi pemerintahan dan politik itu
tidak begitu lama, karena Raja Muda Ting jatuh karena mengabaikan system
pemerintahan yang telah lama dibina oleh Kong Hu Cu. Dalam usia 56 tahun ia
meninggalkan negeri Lo dan mengembara ke dalam dunia spiritual serta
memposisikan diri sebagai Bok Tok (
genta Rohani).
Dalam masa 13 tahun
Kong Hu Cu mengembara dan menyampaikan ajarannya ke berbagai Negeri bersama
murid-muridnya yang setia menjadi guru keiling, sambil menyempurnakan ajaran
agama Ji Kau yang saat itu mulai
pudar karena kekalutan zaman. Kemudian ia wafat dalam usia 72 tahun,
tepatnya pada tanggal 18 bulan Imlek,
479 SM dan dimakamkan di kota Chii Fu, Shantung. Misi Genta Rohani dilanjutkan
oleh murid-muridnya dan para penganutnya dengan cara masing-masing. Di antara
para muridnya yang terkenal adalah ‘Meng Tsu’ (372-288 SM) dan ‘Syuun Tze’
(300-235 SM). Dikarenakan cara penekanan dan penafsiran yang berbeda terhadap
ajaran-ajaran gurunya, maka ajaran Kong Hu Cu yang kemudian disebarluaskan itu
menjadi berbeda-beda. Sehingga muncul tidak kurang dari delapan lairan paham
tentang ajaran Kong Hu Cu. Di samping itu ajaran Kong Hu Cu ini banyak pula
mendapat saingan dari ajaran atau paham keagamaan lainnya. Betapapun juga
kebanyakan orang Cina juga tidak menganut agama lain ia tetap menghormati
ajaran Kong Hu Cu dengan muridnya Meng Tsu ke
seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan.
Kong Hu Chu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia
sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang
luar biasa akan Kong Hu Chu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah
agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu
Chu.[5][5]
C.
Sistem Ketuhanan
Ru Jiao atau agama Kong Hu Cu adalah agama monotheis,
percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut sebagai Thian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang
Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Kong Hu Cu tidak dapat diperkirakan dan
ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak,
didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman.
Di dalam kitab Ngo King Tuhan biasa diberi kata
sifat sebagai berikut:
Ø Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Tinggi
Ø Hoo Thian, artinya Thian Yang Maha Besar
Ø Chong Thian, artinya Thian Yang Maha Suci
Ø Bien Thian, artinya Thian Yang Maha Pengasih
Ø Hong Thian, artinya Thian Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
Ø Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Menciptakan Alam Semesta
Kong Hu
Cu percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati dan dipuja karena Dialah
yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia harus melakukan
upacara-upacara keagamaan sesederhana dan sekhidmat mungkin agar mendapat
berkah dari Thian. Dalam kaitan ini, umat manusia harus mencermati dan
meneladani tingkah laku orang tua, karena menurut agama Kong Hu Cu, ornag tua
adalah wakil Thian.
Hanya kebijakan berkenaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, tiada jarak jauh tidak terjangkau , kesombongan mengundang bencana,
kerendahan hati menerima berkat, demikianlah jalan suci Tuhan Yang Maha Esa
sepanjang masa. Jalan suci itu satu tetapi menjalin, menembusi semuanya. Jalan
suci itu ialah Satya dan Tepasarira, satya kepada Firma Tuhan dan tepasarira,
tenggang rasa, mencintai sesame dan lingkungan hidupnya.
Firman Tuhan Yang Maha Esa, Dialah menjadi
watak sejati manusia, hakekat kemanusiaan yang mendukung harkat dan martabat
manusia sehingga memiliki benih-benih kebijakan dan kemampuan mengembangkannya.
Bimbingan yang diturunkan Tuhan agar manusia mampu membina diri menempuh jalan
suvi itulah agama. Laku bakti itulah pokok cinta kasih, kebijakan, yang dari
padanya ajaran agama berkembang. Lalu, dimulai dari merawat cita dan laku bakti
kemudian dikembangkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti rendah hati,
setia, dapat dipercaya, susila, menjunjung kebenaran, suci hati, tahu malu, dan
sebagainnya.
Jalan suci yang dibawa oleh ajaran agama itu
ialah kebajikan gemilang, karunia Thian yang memancarkan cahaya di dalam diri
manusia. Mengasihi sesama makhluk atau rakyat Tuhan Yang Maha Esa dengan sekuat
tenaga dan upaya melaksanakan itu sehingga mencapai dan berhenti di puncak
baik, yang diridlai Tuhan Yang Maha Esa.
Hati manusia senantiasa dalam gawat, agar hati
di dalam jalan suci itu sungguh muskil. Maka, senantiasa ambillah sari pati,
senantiasa ambillah yang Esa itu, pegang teguh tepat tengah, sikap hidup tegah
sempurna, tepat dan harmonis, selaras, serasi dan seimbang ke atas satya kepada
Thian, mendatar, mencintai, tepasarira, dapat dipercayai kepada sesama dan
menyayangi lingkungan.
Teguh tuluskan Iman karena Dialah dasar
kehidupan beragama, pangkal dan ujung segenap wujud, tanpa Iman suatu pun
tiada. Tuhan Maha Mendengar dan Maha Melihat seperti rakyat mendengar dan
melihat. Takutlah akan Thian, janganlah melanggar dan melawan hukumnya,
berbahagialah di dalam Thian, tulus lurus ikutilah hukum dan firmanNya dengan
patuh dan taqwa. Siapa melanggar hukum Thian akan binasa. Dan siapa mengikuti
hukum Thian akan terpelihara. Was-was dan hati-hatilah, apa yang keluar dari
kamu akan kembali kepada kamu. Dia yang takut akan Tuhan Yang Maha Tinggi tidak
berani tidak berlaku lurus, dia yang mengerti akan firman Thian tidak berdiri
di bawah tembok yang retak atau akan roboh.
Thian tidak senantiasa dekat atau akrab, Dia
dekat kepada yang hormat. Sungguh miliki yang satu itu: Kebajikan, kepadanya
hati Tuhan benar berkenan dan akan menerima Firman Gemilang. Bila kebajikan itu
Esa, tiap gerak tiada yang tidak membawa berkah. Sebaliknya bila kebajikan itu
mendua, tiap gerak tiada yang tidak membawa bencana. Berkah dan bencana bukan karena
orangnya, hanya Tuhan menurunkan bahaya dan bahagia menurut kebajikanNya.
Bukanlah Tuhan itu memihak, hanya melindungi yang satu: kebajikan. Karena itu,
bila Thian menyalahkan kebajikan di dalam diri, apakah yang dapat orang (jahat)
berbuat atasnya? Cinta kasih itulah
rumah selamat, rumah sentosa. Kebenaran itulah jalan lurus. Kesusilaan itulah
pintu gerbang dan kebijaksanaan menyempurnakan segenap wujud. Jangan bimbang,
jangan mendua hati di dalam kebajikan, Tuhan Yang Maha Tinggi menyertaimu.
THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah yang maha
sempurna yang menciptakan keharmonisan, keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan, menjadikan segala pelaku memetik buah perbuatanya. Yang Maha
Kuasa dengan firman dan hukum yang abadi, telah mengaruniakan benih kebajikan
yang hidup di dalam diri manusia, sehingga memiliki kemampuan mengembangkan
sifat-sifat cinta kasih, susila, kesadaran menjunjung kebenaran, keadilan, kewajiban
dan kebijaksanaan. Manusia wajib mengembangkan benih-benih kebajikan,
mengamalkanya dalam hidup dan memuliakan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa serta
menjadikan dirinya insane yang dapat dipercaya sebagai makhluk yang satya
kepada Khaliknya dan sebagai saudara sejati kepada sesamanya.
Untuk mewujudkan pernyataan bakti diadakan lee,
kesusilaan dan peribadatan di dalam kehidupan beragama. Kesusilaan dan
peribadatan ialah rukun yang diterima oleh para Singjien, nabi dan raja suci
purba sebagai jalan suci Tuhan. Maka siapa menerimanya akan penuh berkah
hidupnya, tetapi siapa yang menolaknya akan binasa. Orang zaman dahulu membina
kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan kemudian mendapatkan kemuliaan
pemberian manusia. Orang zaman sekarang membina kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan kemuliaan pemberian
manusia. Setelah mendapat kemuliaan pemberian manusia lalu dibuanglah kemuliaan
karunia Tuhan Yang Maha Esa itu.
Ajaran agama membimbing manusia menyadari akan
makna dan tujuan hidupnya, ketentraman hati, kesentosaan batin sehingga dapat
berpikir benar, agar membimbing manusia meneliti hakekat tiap perkara. Dengan
melaksanakan jalan suci, manusia yang dibimbing agama, dengan ridha Tuhan Yang
Maha Esa akan diperoleh hidup damai dan sentosa dalam hidup pribadi, keluarga,
masyarakat, dunia maupun akhirat.[6][6]
D.Keimanan dalam Kong Hu Cu
Di dalam
kitab Tengah sempurna XIX: 18 ditulis, “Iman itulah jalan suci Tuhan Yang Maha
Esa. Berusaha memperoleh iman, itulah jalan suci manusia. Yang beroleh iman
ialah orang-orang yang setelah memilih dan mendekat sekuat-kuatnya yang baik”.
Maka iman ialah suatu sikap atau Susana batin yang berhubungan dengan
sempurnanya kepercayaan atau keyakinan kepada THIAN.
Manusia wajib membina kehidupan dan mengamalkan
apa yang menjadi iman manusia. Suatu agama baru bermakna dalam hidup, kalau
para pemeluknya benar-benar mengimaninya. Tanpa itu, akan menjadi sesuatu yang
tidak berarti. Agama Kong Hu Cu memberikan dasar keimanan yang pokok yang
dijabarkan dalam delapan keimanan Pat Sing Ciam Kwi
Pengakuan Iman Yang Pokok
Tiap umat
Kong Hu Cu wajib memahami, menghayati, dan mengimani dasar keimananya yang
pokok, yang tersurat di dalam bab utama kitab Tengah Sempurna, bab utama ajaran
besar, dan salam iman yang tersurat di dalam kitab Su king. Pengakuan iman yang
pokok yaitu,
1.
Seorang umat Kong Hu Cu wajib beriman, satya, bertakwa
dan hormat atau sujud terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.
THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah khalik semesta alam
dengan segala benda
dan makhluknya.
3.
Hidup manusia adalah oleh firman THIAN, maka manusia
mengemban tugas suci sebagai manusia dan wajib mempertahankan hidupnya kepada
THIAN.
4.
Firman THIAN itu sekaligus menjadi watak sejati,
hakekat kemanusiaan, yang menjadikan manusia memiliki kemampuan melaksanakan
tugas sucinya sebagai manusia.
5.
Mewujudkan kebajikan, yang di dalamnya mengandung
benih-benih cinta kasih, kesadaran menjunjung kebenaran/ keadilan/ kewajiban,
kesusilaan dan kebijaksanaan yang hidup, tumbuh, berkembang dalam rohani
manusia, itulah tugas sekaligus tujuan suci manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan.
6.
Terwujudnya kebajikann dalam diri manusia adalah untuk
diamalkan dalam kehidupan, mengasihi, tenggang rasa, tepasarisa kepada rakyat,
kepada sesame manusia, dan menyayangi (memiliki) rasa tanggung jawab terhadap
lingkungan hidupnya.
7.
Mewujudkan kebajikan, mengasihi sesama, menyayangi
lingkungan, sehingga mecapai puncak baik, itulah jalan suci yang wajib ditempuh
manusia. Itulah jalan suci yang selaras dengan watak sejati manusia.
8.
Bimbingan yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa lewat
para Bok Tok, Sing Jien atau nabi-nabinya sehingga manusia dapat membina diri
menempuh jalan suci, itulah agama, yang merupakan ajaran besar bagi kehidupan
ini.
9.
Hanaya kebajikann berkenan Tuhan, ini mengandung
imabauan dan pengakuan iman bahwa hormat akan Tuhan ialah melaksanakan
FirmanNya, percaya terhadap Tuhan tidak dapat dilepaskan dari hidup mewujudkan
kebajikan dan mengamalkannya, didalam terkandung pengertian paripurnanya ibadah
dan disitulah makna (nilai) manusia di hadapan Tuhan Khaliknya maupun di
hadapan sesame makhluk dan lingkungannya. Menjadi insane yang dapat dipercaya
terhadap Tuhan Khaliknya maupun terhadap sesamanya.
E. Kitab
Suci Agama Kong Hu Cu
Kitab suci agama Kong Hu Cu sampai kepada bentuknya yang
sekarang mempunyai masa perkembangan yang sangat panjang, kitab suci yang
tertua berasal dari Raja Suci Giau(2357-2255 SM) dan yang termuda ditulis
Bingcu ( wafat tahun 289 SM), melipuit masa sekitar 2000 tahun. Kitab suci yang
berasal dari para nabi Purba sesuai dengan wahyu yang diterima langsung Nabi
kong Hu Cu dari Tuhan Yang maha Esa disempurnakan dan dihimpun, kini disebut
Ngo King (kitab suci yang lama) sebagai kitab suci yang pokok. Ajaran-ajaran
Nabi Kong Hu Cu dibukukan oleh para muridnya dan dipertegas oleh Bingcu yang
terhimpun dalam kitab Su Si (kitab yang empat).
Kitab suci yang lima terdiri dari:
1.
Si King atau kitab Sanjab. Kitab ini terdiri dari
kumpulan nyanyian-nyayian upacara yang bersifat puji-pujian terhadap keagungan Tuhan maupu\]’;upacara di
istana.
2.
Su King atau kitab dokumentasi sejarah suci.
3.
Ya king atau kitab perubahan. Kitab ini mempunyai
nilai universal, berisi ajaran tentang penjadian alam semesta sehingga dengan
menghayati isi kitab ini, manusia dapat menyingkap tabir kuasa Tuhan dengan
segala aspeknya.
4.
Lee King atau kitab kesusilaan berisi ajaran
kesusilaan dan peribadatan.
5.
Chun Ciu King. kitab suci ini berisi segala macam penilaian
dan komentar nabi Kongcu atas berbagai peristiwa zaman itu, sehingga sangat
menarik dan bermanfaat untuk disimak bagaimana sesungguhnya kebenaran yang
harus ditegakan itu.
Kitab suci yang empat atau
Su Si terdiri dari:
1.
Thai Hak atau ajaran besar berisi bimbingan dan ajaran
pembinaan diri, keluarga, masyarakat, Negara, dan dunia, ditulis oleh Cingcu
atau Cing Cham, murid nabi dari angkatan muda.
2.
Tiong Yong atau Tengah Sempurna berisi ajaran keimanan
agama Kong Hu Cu: iman kepada Tuhan, firman-Nya mengenai manusia, watak sejati,
jalan suci dan peranan agama, ditulis oleh Cu Su atau Kong Khiep, cucu nabi.
Kitab ini dibukukan oleh beberapa murid nabi.
3.
Lun Gie atau sabda suci berisi percakapan nabi serta
para muridnya, juga tentang orang-orang zaman tersebut dan mengenai oeri
kehidupan sehari-hari nabi. Kitab ini
dibukukan oleh beberapa murid nabi.
4.
Bingcu atau kitab suci yang dituliskan oleh Bingcu
yang berfungsi menegaskan dan meluruskan tafsir ajaran agama Kong Hu Cu dalam
memerangi penyelewengan.
Enam Kitab Klasik
1.
Shu Ching. Kitab ini mengandung 100 dokumen sejarah
dinasti-dinasti kuno negeri China, dimilai dari abad 24 SM sampai abad 8 M.
dari buku ini dapat diketahui bagaimana timbul tenggelamnya negeri Cina di
zaman purba, yang menyangkut ajaran kesusilaan dan keagamaan.
2.
Shih Ching. Kitab ini merupakan kumpulan kitab puisi
dari masa lima abad pertama dinasti Chan. Tujuan buku ini adalah agar para
pengikut Kong Hu Cu mengetahui tentang budaya dan sastra puisi yang mengandung
nilai-nilai moral. Di dalamnya ada 300 lebih sajak-sajak pilihan.
3.
Yi Ching. Kitab ini mengemukakan tentang sisitem
filsafat yang fanatic, yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan
Yang (pria).
4.
Li Chi. Kitab ini menguraikan tentang upacara-upacara
trasdisional untuk menanamkan disiplin rakyat, dan mengarah kan kehalusan budi,
keagungan dan tingkah laku sopan santun dalam pergaulan masyarakat. Dengan
catatan bahwa Li adalah pernyataan perasaandalam upacara kuno,bahwa Li tanpa
perasaan adalah semu, dan jangan dilakukan praktek yang merendahkan derajat.
5.
Yeo. Kitab ini merupakan kitab music, yang di masa
Kong Hu Cu dikaitkan dengan puisi., setiap sajak ada musiknya dan lagu-lagu
lama dibuatkanya komposisi baru.
6.
Chu’un Ch’ii. Kitab ini menguraikan tentang musim semi
dan musim rontok dengan peristiwa di negeri Lu sejak tahun pertama pemerintahan
Pangeran Yiu (722 SM) sampai tahun ke-14 masa pemerintahan Pangeran Ai (481
SM), yang menguraikan tentang jalanya pemerintahan yang baik dan dihukumnya
para menteri yang bersalah.
Tiga Kitab Kebajikan
1.
Tau Hsuch. Kitab ini secara tradisional dikaitkan
dengan Tseng Tsan, seorang pengikut Kong Hu Cu yang utama, yang mengenukakan
adanya tiga pertalian pokok dalam perkembangan diri yaitu manifestasi kebajikan
yang terkenal, mencintai rakyat, dan berhenti pada kebaikan yang tinggi.
2.
Chung Yung. Kitab ini merupakan doktrin tentang kehendak
(maksud) yang ditulis oleh cucu lelaki Kong Hu Cu bernama Tzu su dan memberi
petunjuk tentang ajaran Chung (maksud) dan Yung (normaliti).
3.
Hsioo Ching. Kitab ini kklasik yang menujukan alimya
anak, yang menguraikan percakapan antara Tsung Tzu dan Kong Hu Cu tentang
betapa pentingnya anak yang alim sehingga menjadi dasar dan sumber dari
kebajikan dan budaya bagi kehidupan selanjutnya.
Tiga Kitab Murid Kong hu Cu
1.
Kitab Meng Tsu. Kitab ini berisi himpunan ceramah dan
percakapan antara Meng Tsu dengan para Tuhan tanah, para menteri, teman-teman
dan para muridnya.
2.
Kitab Hsun Tsu. Kitab ini aslinya memuat 322 pasal,
tetapi kemudian diringkas menjadi 32 pasal.
3.
Kitab Tung Dhung Shu. Kitab ini memuat beberapa bahan
ceramahnya dan percakapanya tentang sifat dasar manusia, filasafat sejarah, dan ilmu pengetahuan.
Kitab-kitab Klasik Cina
1.
Yit-sying. Kitab ini merupakan kitab nujum (ramalan)
yang menguraikan tentang “heksagram” yaitu piguraang dari enam tanda yang
seluruhnya bejumlah 64. Unsure dasarnya ialah garis lurus dan garis patah.
Tanda-tanda tersebut secara berurut melambangkan Yang yaitu unsure duniayang
bersifat terang, kering, panas, lelaki, aktif, dan Yin yaitu unsur dunia yang
gelap, basah, dingin, wanita, dan pasif. Inilah kedua dunia yang mendorong
jalan Tao (susunan dunia).
2.
Sjoe-tsing. Kitab ini merupakan buku sejarah atau
piagam yang berisi cerita turun temurun raja Tsjou.
3.
Sje-tsing. Kitab nyanyian dan puji-pujian.
4.
Sje-tsing kitab tentang musim, kronik negeri Lu tempat
asal kong hu Cu.
5.
Li-tsji. Kitab tentang Li, yang memuat tentang
kaidah-kaidah kehidupan dan ritus.
F.
Sekte-Sekte Dalam Agama Kong Hu Cu
Murid
utama Kong Hu Cu yang pandai berpidato, dan memiliki keberanian kuat
keyakinannya untuk mentenarkan ajarannya adalah Meng tsu. Sumbangan Meng Tsu
dalam melengkapi ajaran gurunya Kong Hu Cu menekankan pada sifat perilaku
manusia yang baik, siakp perilaku itu sudah dimiliki sejak lahir. Menurut
pandangannya orang yang memiliki sikap perilaku sejak lahir, yaitu Jen
(kebesaran hati), Yi (sifat berbudi) , Li (kesopanan) dan Chich
(kebijaksanaan).
Dengan demikian jika sikap perilaku seseorang berubah
menjadi jahat dalam hidupnya bukanlah bawaanya sejak lahir. Begitu pula halnya
dengan rasa terharu itu merupakan kemanusiaan, rasa malu merupakan sifat
budiman, sifat hormat merupakan kesopanan, merasa benar dan merasa salah
merupakan kebijaksanaan. Sifat-sifat tersebut bukan karena diajarkan tetapi
memang melekat dalam sifat dasar manusia.
Menurut Meng Tsu sifat dasar manusia itu dapat rusak
sebagai akibat dari adanya hubungan hidup yang kasar . ia mengatakan bahwa
seorang pria adalah seorang yang tidak kehilanganhati sebagai seorang anak yang
amsih kecil, dan ahati anak kecil itu adalah merupakan lambing atau sumber dari
semua sumber yang baik dari sifat dasar manusia, yang harus selalu dipegang
teguh. Sekalipun demikian sayangnya di dalam hidup ini, jika anjing atau ayam
kita hilang, kita selalu berusaha mencarinya, tetapi sedikit sekali dari kita
yang mau berusaha untuk memperoleh kebajikan kita yang wajar.
Dalam hal pemerintahan Meng Tsu mendukung penuh ajaran
gurunya Kong Hu Cu , bahwa pemerintah yang baik itu bukan bergantung pada
kekuatan tanpa peri kemanusiaan, tetapi pada teladan yang baik dari penguasa.
Untuk mencapai pemerintahan yang baik itu katanya peranan rakyat yang penting
diikutsertakan dalam pemerintahan. Rakyat bukan hanya sekedar akar dan dasar
bagi pemerintahan, tetapi juga merupakan peradilan terakhir bagi pemerintah.
Berbeda dengan Meng Tsu yang menjadi penganjur ajaran
Kong Hu Cu yang ideal, maka Hsun tsu menjadi penganjur ajaran gurunya yang
realistic. HSun Tsu adalah seorang yang tidak percaya pada adanya Tien (surga)
sebagai pribadi Tuhan. Menurut pendapatnya Tien itu adalah hukum alam yang tidak berubah, seperti halnya
bintang-bintang,dan lainnya., adalah ketentuan hukum yang besar. Manusia itu
kata Hsun Tsu bukanlah Tien yang bertanggung jawab atas kehidupannya, ataupun
kebahagiaan dan bencana alam yang dialaminya.
Jadi apabila sandang pangan tersedia cukup dan dimanfaatkan secara
ekonomi, tidaklah surge akan membuat Negara miskin. Begitu pula apabila rakyat
terus menerus menggunakan tenaganya dengan memadai sesuai dengan musim,
tidaklah surge akan menimpa kehidupan rakyat, dan begitu juga jika Tao diikuti
dan ridak terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka surge tidak akan mendatangakn
kemalangan.
Jadi Hsun Tsu menolak senua yang sifatnya tahayul,
seperti ilmu firasat atau ramalan nasib, dan ia juga mempersoalakan kemanjuran
tentang doa-doa permohonan. Ia juga mengkritik Meng Tsu, menurunya sifat dasar
manusia itu jahat dan kebaikan tu diperoleh dari lingkungan.
2
Doktrin-Doktrin Agama Kong Hu Cu
a. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Beriman bahwa hidupnya (oleh dan) mengemban
firman Tuhan.
c. Beriman bahwa firman Tuhan itu menjadi tugas
suci yang wajib dipertanggungjawabkan dan sekaligius menjadi rahmat dan
kemampuan di dalam hidupnya.
d. Beriman bahwa hidupnya mampu mengikuti,
tepat, selaras, serasi, dan seimbang dengan watak sejati itu.
e. Beriman
bahwa agama merupakan karunia bimbingan Tuhan Yang Maha Esa untuk membina diri
menempuh jalan kebenaran (suci) itu,
f. Beriman
bahwa jalan suci itu menghendaki hidup memahami, mengahayati, mengembangkan,
menggemilangkan kebajikan benih kesucian dalam watak sejatinya.
g. Beriman bahwa kesetiaan menggemilangkan
kebajikan itu wajib diamalkan dengan mencintai sesame manusia, sesame makhluk
dan menyayangi lingkungan.
h. Beriman bahwa kewajiban suci adalah
menggemilangkan kebajikan dan mengamalkanya sampai puncak baik.
i. Beriman
hanya di dalam kebajikan itu Tuhan berkenan, hidup itu bermakna apabila dapat
setia kepada Khaliknya dan saudara sejati kepada sesamanya.
j. Beriman bahwa kebajiakn itulah jalan, keselamatan,
kebahagiaa tertinggi di dalam harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
termulia ciptaan Tuhan.
Intisari ajaran Khong Hu Cu
o 1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha
Esa (Cheng Xin Huang Tian)
o 2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan
(Cheng Juen Jie De)
o 3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman
Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
o 4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa
dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
o 5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti
(Cheng Yang Xiao Shi)
o 6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani
Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
o 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu
dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
o 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci
(Cheng Xing Da Dao)
o Ren - Cintakasih
o Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
o Li - Kesusilaan, Kepantasan
o Zhi - Bijaksana
o Xin - Dapat dipercaya
o Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
o Hubungan antara Suami dan Isteri
o Hubungan antara Orang tua dan anak
o Hubungan antara Kakak dan Adik
o Hubungan antara Kawan dan Sahabat
o Xiao - Laku Bakti
o Ti - Rendah Hati
o Zhong - Satya
o Xin - Dapat Dipercaya
o Li - Susila
o Yi - Bijaksana
o Lian - Suci Hati
o Chi - Tahu Malu
"Apa yang
diri sendiri tiada inginkan, jangan dilakukan terhadap orang lain" (Lu
nyu)
BAB III
PRAKTEK KEAGAMAAN DALAM AGAMA KONG HU CU
1. Ritual Keagamaan dan Upacara Dalam
Agama Kong Hu Cu
Ritual Peribadatan Umat konghucu di
Klenteng. Setiap agama mempunyai ritual peribadatan masing dan berbeda, dengan
menggunakan symbol dan gerakan yang didalamnya mengandung makna dan arti bagi
mereka yang menjalaninya, sehingga hal tersebut dianggap sacral dalam prosesi
pelaksanaannya.
Sebelum nabi kongzi mengajarkan
prosesi peribadatan ini, sudah terlebih dahulu masyarakat cina kuno
melaksanakannnya, hanya saja makna yang dikandung dari prosesi peribadatan
tersebut masih cenderung kurang jelas, hanya sekedar ritual tanpa ada makan dan
tujuan dibalik ritual tersebut, akan tetapi setelah nabi kongzi datang, dia
meluruskan semua ritual peribadatan tersebut dan mengajarkan makna dibalik
prosesi ritual peribadatan tersebut dan dilaksanakan oleh umat penerusnya
sampai sekarang, kemudian gerakan yang dilakukan dalam prosesi pelaksanaan peribadatan,
dan perangkat yang dipergunakan dalam ritual tersebut.
Arti dan Tujuan umat konghucu
melaksanakan Ritual peribadatan
Hampir sama dengan agama pada umumnya arti dalam ibadah itu sendiri yakni menyembah kepada tuhan yang maha esa, bias juga diartikan sebagai pola komunikasi antara mahluq dengan tuhannya, oleh karena ibadah atau sembahyang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan umat beragama, begitu pula dengan kondisi umat konghucu yang mempunyai ritual tersendiri dan mempunyai tujuan dalam pelaksanaan ritual tersebut, secara garis besar tujuan dari pada melaksanakan ritual peribadatan bagi umat konghucu adalah:
Hampir sama dengan agama pada umumnya arti dalam ibadah itu sendiri yakni menyembah kepada tuhan yang maha esa, bias juga diartikan sebagai pola komunikasi antara mahluq dengan tuhannya, oleh karena ibadah atau sembahyang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan umat beragama, begitu pula dengan kondisi umat konghucu yang mempunyai ritual tersendiri dan mempunyai tujuan dalam pelaksanaan ritual tersebut, secara garis besar tujuan dari pada melaksanakan ritual peribadatan bagi umat konghucu adalah:
a. Mendekatkan diri pada Tuhan yang
maha esa, tidak bisa dipungkiri bahwa pola komunikasi vertical antara mahluq
hidup dengan tuhannya harus dilakukan oleh umat beragama setiap harinya, baik
pelaksanaannya dirumah maupun di tempat tempat ibadah sesuai dengan agamanya
masing masing, dengan tujuan untuk lebih dekat dengan Tuhan- Tian- yang
menguasai seluruh alam.
b. Memohon pertolongan dan
perlindungan, ketika manusia merasa bahwa dirinya terancam dan tidak ada lagi
yang bias menolongnya maka dia akan berdo’a pada tuhannya dan memint
pertolongan pada-Nya, oleh karena itu ketika melakukan peribadatan maka umat
konghucu meminta kepada Tian agar selalu dilindungi dan diberi pertolongan
ketika dalam kesusahan,“Perlu diketahui bahwa memohon berbeda dengan meminta,
ketika kita meminta sedangkan tidak diberi maka yang salah adalah yang tidak
memberi, akan tetapi ketika kita memohon maka sepenuhnya hak berada pada yang
dimohon, apa mau dikasih atau tidak terserah pada yang punya wewenang dalam hal
ini Tuhan”.demikian tambah Liem Tiong Yang
c. Bersyukur atas nikmat Tuhan, manusia tidak
akan pernah bias menghitung berapa banyak nikmat yang telah tuhan anugrahkan
buat kita semua, sejak kita didalam kandungan sampai kita lahir manusia tidak
bias menghitungnya, oleh karena itu manusia hanya bisa mensyukuri nikmat yang
telah Tuhan anugrahkan buat kita, dalam melakukan peribadatan umat konghucu mengucapkan
syukur kepada Tian yang telah member nikmat dan anugrah kepada hambanya.
Disebutkan dalam salah satu bab
kitab suci agama konghucu bahwa “Kepada orang yang bertaqwa pada Tuhan yang
maha esa maka Tuhan akan memberikan bantuan”.
d Prosesi Peribadatan Umat Konghucu
Ada dua tempat peribadatan yang
biasanya digunakan oleh umat konghucu yang pertama adalah dirumah, sedangkan
yang kedua adalah diklenteng, tidak ada perbedaan yang mendasar antara proses
pelaksanaan peribadatan dirumah dan diklenteng, keduanya sama yakni beribadah
pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi
konghucu.
Perlu diketahui juga ada perbedaan
antara prosesi peribadatan di klenteng Boen Bio dengan klenteng lain, kalau di
klenteng lain ketika kita akan masuk klenteng maka terlebih dahulu kita
sembahyang untuk Tuhan di altar luar baru kemudian kita masuk dan beribadah
untuk para nabi dan arwah leluhur yang suci di altar dalam, sedangkan di
kelnteng Boen Bio, kita langsung melaksanakan prosesi peribadatan di altar
dalam tanpa ada altar luar, adapun prosesi peribadatan umat konghucu adalah
sebagai berikut:
a. Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo’a atau altar,
b. Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang
melambangkan Tuhan,
Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan
dahi sebanyak 3 kali, dengan berkata sebagai berikut, pada angkatan Hio yang
pertama maka yang diuacapkan adalah kehadiran Tuhan yang maha esa ditempat yang
maha tinggi,dimuliakanlah. Pada angkata Hio yang kedua yang harus diucapkan
adalah kehadapan nabi Konghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami, di
muliakanlah. Sedanngkan pada angkata ketiga yang diucapkan adalah kehadapan
para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah.
c. Setelah pengangkatan Hio maka
langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu atau tempat peletakan Hio
yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk hati, Hio pertama diletakkan di
tengah, yang kedua diletakkan di sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan
disebelah kiri.
d. Berdo’a dengan sikap Pat Tik, ada
dua sikap pat tik, Pertama sikap pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik
yaitu dengan cara tangan kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri,
sikap tangan ini gunakan juga pada waktu bersembahyang, kedua sikap delapan kebajikan
mendekap hati dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap
punggung tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekappan di
dada, sikap ini hanya digunakan pada waktu berdo’a.
Tangan bersikap pat tik dan
didekappan di dada mempunyai makna “Aku selalu ingat bahwa dengan perantara
ayah bunda Tian telah berkenan menjadikan daku manusia, maka manusia wajib
melakukan delapan kebajikan”
Delapan jala kebajika tersebut adalah:
- Berbakti atau Hau, berbakti disini
mempunyai makna yang sangat universal, mulai dari berbakti kepada tuhan yang
maha esa, berbakti kepada oran tua dan sampai berbakti pada Negara nusa dan
Bangsa, pada asal artinya berbakti di khususkan pada orangtua saja, di
contohkan oleh Liem ketika kami melaksanakan wawancara “ketika seorang
melaksanakan proses pembelajaran (Kuliyah-semisal-) dan sampai di Drop Out oleh
akademik maka dia telah tidak berbakti pada orang tua karena sesungguhnya orang
tua selalu menginginkan anaknya untuk lulus kuliyah”
- Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong
dan tidak Gumede roso, selalu berbuat rendah hati dengan sesame mahluq.
- Setia atau Tiong
- Dapat dipercaya atau Sien yakni
dengan selalu menepati janji dan melaksanakan apa yang telah dikatakan.
- Susila atau Lee yaitu berisi tentang
aturan yang ada di masyarakat umum.
- Kebenaran atau Gi.
- Suci hati atau Liam, dengan selalu
positive thingking dan bersih hati.
- Tahu malu atau Thi, menjadi
manusia harus punya rasa tahu malu, karena dengan rasa inilah kita secara tidak
langsung juga akan dihormati oleh orang lain, salah satu hal yang membedakan
antara manusia dengan Hewan adalah hewan tidak pernah punya rasa malu sedangkan
manusia mempunyai rasa malu, ketika manusia tidak punya rasa malu berarti dia
tidak ada bedanya dengan hewan.
Selain delapan jalan kebajikan dalam pat tik diatas, ada
beberapa makna yang terkandung dalam pat tik,
- Ibu jari kiri yang melambangkan ayah
- Ibu jari kanan yang melambangkan ibu
- Kedua ibu jari jika dipertemukan dalam posisi pat tik maka
akan membentuk huruf jien yang artinya manusia.
- Delapan jari yang lain melambangkan delapan kebajikan
seperti yang telah dipaparkan diatas,
- Kesatuan genggaman melambangkan Tian, Tuhan yang maha esa.
-Dekapan dalam dada melambangkan bahwa kita selalu ingat
pada-Nya.
Lain dari pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik dalam hal jumlah:
Lain dari pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik dalam hal jumlah:
- Kepada sesama orang hidup maka hanya satu kali angkatan
saja atau pai
- Kepada jenazah atau orang meninggal dengan dua kali
angkatan atau Tinglee.
- Kepada Altar Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak
tiga kali angkatan atau Tinglee
d Makna dari symbol dan Benda yang digunakan dalam prosesi
peribadatan.
Setiap pelaksanaan peribadatan diperlukan symbol symbol sebagai kelengkapan peribadatan, tidak hanya sekedar symbol saja akan tetapi dibalik symbol tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan kesakralan tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan agama konghucu juga menggunaka beberapa benda dan symbol yang didalamnya mengandung makna dan arti.
Setiap pelaksanaan peribadatan diperlukan symbol symbol sebagai kelengkapan peribadatan, tidak hanya sekedar symbol saja akan tetapi dibalik symbol tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan kesakralan tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan agama konghucu juga menggunaka beberapa benda dan symbol yang didalamnya mengandung makna dan arti.
a. Hio atau Dupa, Hio artinya harum,
yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum,
dupa yang dikenal pada zaman nabi Kongzu berwujud bubuk atau belahan kayu,
membakar dupa dalam peribadatan umat konghucu mengandung makna “jalam suci itu
berasal dari kesatuan hatiku dan hatiku dibawa melalui keharuman dupa”, selain
itu juga beguna untuk:
- Menenangkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditas
- Mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat
- Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam
atau lonceng.
Selain itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta penggunannya dupa itu sendiri:
Selain itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta penggunannya dupa itu sendiri:
- Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang
didepan jenazah keluarga sendiri.
- Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang
pada umumnya.
- Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk,
berguna untuk menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah
jahat.
- Dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya
untuk bau-bauan saja.
- Tiang Siu Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar
kedua ujungnya, digunakan khusus untuk bersembahyang kepada tuhan. Ada juga
pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa:
- Dupa warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati
jenazah keluarga sendiriatau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa
berkabung, boleh saja digunakan hanya satu batang.
- Dupa warna merah:
a. 1 batang, dapat digunakan untuk
segala macam sembahyang, bermakna memusatkan fikiran untuk sungguh sungguh
bersujud.
b. 2 atau 4 batang untuk menghormati
kepada arwah orang tua yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari, atau
kehadapan altar jenazah bukan keluarga sendiri dan mengandung makna ada
hubungan duniawi atau urusan keduniaan.
c. 5 batang, untuk menghormati arwah
umum, mengandung makna melaksanakan lima kebajikan.
d. 8 batang, mengandung makna
delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau 4 batang.
e. 9 batang, untuk bersembahyang
kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci.
f. 1 pak, boleh sebagai pengganti 9
atau 1 batang .Lilin atau Lampu, mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak,
sedangkan asap dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya
do’a keperaduan Tuhan yang maha esa,
c. Youlou, tempat untuk meletakkan
Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk seperti hati.
d Jadwal pelaksanaan peribadatan
Ada beberapa waktu peribadatan yang
harus dilaksanakan oleh umat kanghucu selain ibadah setiap hari:
a. Peribadatan setiap hari, pagi dan
sore, peribadatan ini bias dilaksanakan dirumah ataupun ditempat peribadatan
agama konghucu atau klenteng.
b. Peribadatan setiap tanggal 1
imlek dan 15 imlek yang dilaksanakan di klenteng, peribadatan pada tanggal 1
imlek di pergunakan untuk intropeksi diri manusia, sedangkan pada tanggal 15
imlek digunakan untuk memohon permintaan kepada tuhan dan bersyukur atas nikmat
yang telah diberikan selama hidup.
c. Peribadatan setiap minggu atau
kebaktian mingguan, yakni do’a secara berjama’ah dan membaca ayat dari kitab
sushi sebagai renungan dan kemudian di akhiri dengan khotbah. Lebih lengkapnya
lagi dalam buku tata Agama dan tata laksana upacara agama konghucu disebutkan
ada beberapa macam peribadatan:
a). Ibadah kepada Tuhan yang maha esa/
Thian
- Sembahyang pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat
menerima rezeki makan.
- Sembahyang tiap tanggal 1 dan 15 imlek
- Sembahyang tiap tanggal 1 dan 15 imlek
- Sembahyang besar pada hari hari kemuliaan, yakni: malam
penutupan tahun, king thi kong tanggal 8 menjelang 9 cia gwee, saat cap go meh,
tang cik saat tanggal 22 desember.
b). Kebaktian bagi nabi
- Peringatan hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII
lemlik
- Peringatan hari wafat nabi konghucu pada tanggal 18-II
lemlik
- Peringatan hari genta Rohani pada tanggal 22 desember.
c). Kebaktian bagi para suci
-
Hari twan yang jatuh pada tanggal 5-V lemlik
-
Sembayang tiong chu pada tanggal 15-VIII lemlik
-
Hari he gwan pada tanggal 15-X lemlik.
d). Sembahyang bagi para leluhur
-
Sembahyang pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bula.
-
Hari wafatnya leluhur atau orang tua.
-
Sembahyang tutup tahun.
-
Sembahyang sadranan/ziarah
-
Sembahyang arwah leluhur.
e). Kebaktian masyarakat
-
Sembahyang arwah untuk umum, pada tanggal 29-VII lemlik.
- Hari persaudaraan atau hari
kenaikan malaikat dapur tanggal 24- XII lemlik (pada hari hari itu diwajibkan
berdana bagi fakir dan miskin).
- Seluruh perbuatan lahir batin kita
sepanjang hidup hendaknyadisadari sebagai perbuatan kebaktian/ ibadah disebut
dengan isitila hidup sepenuh hidup .
2 Tempat-tempat
Suci Agama Kong Hu Cu
· Kong
Miao, 孔廟(Confucius Temple); Ada satu
ciri khas yang membedakan antara Miao atau Kuil Khonghucu dengan bangunan
tempat ibadah yang serupa. Pada umumnya di dalam Kong Miao tidak terdapat
patung dewa-dewi, melainkan hanya berupa tulisan pada papan peringatan (Sienci 神柱) yang biasanya hanya berisi tulisan tentang nama Nabi
Kongfuzi 孔夫子 /Khonghucu (nama yang lebih umum 孔子 Kongzi)dan juga nama-nama para muridnya yang terkenal.
Bangunan Kong Miao yang tertua di Indonesia terdapat di kota Surabaya yang
dikenal dengan "Boen Bio" dan Khongcu Bio di kota Cirebon.
· Litang, 禮堂
(Ruang Ibadah); Litang adalah nama tempat ibadah agama Khonghucu yang banyak
terdapat di Indonesia. Saat ini sudah ada lebih dari 150 Litang yang tersebar
di seluruh Indonesia yang berada di bawah naungan MAKIN (印尼孔教總會,
Majelis Agama Khonghucu Indonesia)dan organisasi pusatnya adalah MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia).Ciri tempat
ibadah tersebut selain altarnya yang berisi Kim Sin (金神) Nabi Kongzi/Khonghucu, juga biasanya terdapat lambang
"Mu Duo" 木鐸 atau Bok Tok (dalam dialek Hokian)
yaitu berupa gambar Genta dengan tulisan huruf 'Zhong Shu' atau Tiong Sie
(bahasa Hokian) artinya "Satya dan Tepasarira/Tenggang Rasa" yang
merupakan inti ajaran agama Khonghucu. Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi Kongzi
dalam Kitab Lun Yu 論語: "Apa yang diri sendiri tiada
inginkan, janganlah diberikan terhadap orang lain".
Umat
Khonghucu biasanya melakukan ibadah di Litang setiap tanggal 1 dan 15
penanggalan Imlek. Namun ada pula yang melaksanakannya pada hari Minggu dan
hari lain, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan keadaan setempat.
Upacara-upacara hari keagamaan lain seperti peringatan Hari Lahir Nabi
Khonghucu (至聖誕, 28 bulan 8 Iemlik), Hari Wafat
Khonghucu (至聖忌辰 18 bulan 2 Iemlik), Hari Tangcik (冬至 Genta Rohani), dan Tahun Baru Iemlik(春節) dsb. biasanya juga dilakukan di Litang.
· Kelenteng, 廟 Miao; kelenteng pada umumnya digunakan sebagai sarana tempat
bersembahyang/ibadah oleh kebanyakan orang Tionghoa terutama umat tradisional
sehingga kadang-kadang kita sulit membedakan apakah mereka itu penganut agama
Buddha Mahayana, Khonghucu atau Tao. Namun kalau kita telaah lebih jauh, ada
ciri yang membedakan dari ketiga bangunan tempat ibadah masing-masing penganut
agama tersebut yaitu dari nama kelenteng tersebut dan juga para Dewa-dewi yang
berada dalam bangunan Kelenteng tersebut. Namun secara umum bangunan Kelenteng
biasanya bergaya arsitektur khas Tiongkok, misalnya terdapat ukiran Naga atau
Liong pada bagian atas atap atau tiang/pilarnya,ada lukisan Qilin (麒麟, Hokkian:Kilien)- binatang yang dianggap suci, bentuknya
seperti seekor rusa, kulitnya bersisik berwarna hijau keemasan, bertanduk
tunggal. Hewan suci ini pernah muncul pada saat menjelang kelahiran
Khonghucu/Kongzi dan terbunuh oleh Pangeran Lu Ai Gong 魯哀公dalam perburuannya yang menandai peristiwa sebelum kewafatan
Kong Hu Cu
3.3 Perbandingan Agama Kong Hu Cu dengan Agama Budha
Kong Hu Cu
|
Buddha
|
1. Muncul
sebagai suatu “agama” klasik Cina yang dibangkitkan kembali oleh Kong hu cu
2. Mengakui Kong Hu Cu sebagai pembawa Agama Kong Hu Cu
3. Mengakui Adanya Tuhan Yang Maha Esa (Thian).
4. Semua ajaran termaktub dalam kitab Su Si atau Kitab Yang Empat.
5. Mempercayai adanya 2 sekte/madzhab: Meng Tsu dan Hsun Tsu.
6. Tempat kebaktian: Klenteng
|
1.
Muncul sebagai hasil pemikiran
dan pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka
mencari jalan lain menuju kesempurnaan (nirwana).
2.
Mengakui Sidharta Gautama sebagai
pemimpin agama Budha.
4.
Ajaran agama Buddha bersumber pada kitab
Tripitaka.
5.
Mempercayai
ada 2 sekte/madzhab: aliran hinayana, dan aliran mahayana.
6.
Tempat
kebaktian: Vihara
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
v Konfusianisme atau
Kong Hu Cu mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara
manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya
tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran
ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia
bertingkah laku.Pokok pandangan utama kong hu cu sangat konserfatif. Dia
menghimbau para penguasa dan rakyat berpegang teguh kepada moral yang pasti,
dengan keteladanan dan tanpa kekerasan. Ajaran ini juga menganjurkan untuk
saling menghargai dan menghormati serta bersikap santun terhadap sesame
manusia. Selain mempercayai mengenai pemujaan terhadap pemuja alam, pemuja
leluhur, dan pemuja langit ajaran kong hu cu menggaris bawahi dan menegaskan
tentang :
1. Setiap manusia harus memiliki yen, setiap manusia harus
mempunyai budi pekerti luhur, cinta dan kemanusiaan.Yen mengandung pengertian
sebagai hubungan antara manusia.
2. Tzung Ze diartikan sebagai watak kelelakian yang mulia dan terpuji, sehingga orang yang mempunyai watak tersebut akan terpuji.
2. Tzung Ze diartikan sebagai watak kelelakian yang mulia dan terpuji, sehingga orang yang mempunyai watak tersebut akan terpuji.
3. Li yang berarti peraturan atau kaidah yang menjaga
keseimbangan hidup manusia. Dan ritual dalam sepanjang hidup manusia.
v Umat konghucu melaksanakan
peribadatan setiap hari dengan tujuan untuk menjaga pola komunikasi dan
hubungan dengan tuhan yang maha esa, selain itu juga untuk mensyukuri nikmat
tuhan yang telah diberikan dalam hidupnya.Selain itu ada beberapa peralatan juga
yang dipergunakan dalam melaksanakan peribadatan dan mempunyai mana yang suci
sehingga umat konghucu menskralkannya benda tersebut diantaranya adalah,
penggunaan Lilin dan lampu, penggunaan Hio atau Dupa, penggunaa Yousu, hal lain
yang berkenaan dengan peribadatan adalah prosesi peribadatan itu sendiri, dalam
agama konghucu pertama yang harus dilakukan adalah dengan menyalakan Lilin
terlebih dahulu, kemudian mengambil Hio untuk dibakar diatas lilin dan kemudian
diangkat sebanyak tiga kali sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan, Nabi,
para arwah suci, dengan sikap Pat Tik, setelah itu terakhir ditutup dengan do’a
sebagai penutup dari prosesi peribadatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadakusuma, Hilman, S.H. Antropologi Agama, ( Bandung : PT Citra Adya Bakti), 1993
Qasim Mathar, Dr.H. Moch. Sejarah,
Teologi dan Etika Agama-Agama,(Yogyakarta: DIAN/INTERFIDAI), 2005
Nahar Nahrawi, Memahami Kong
Hu Cu sebagai Agama, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 2003
[5]
Prof. H. Hilman Hadikusuma. Antropologi
Agama Bagian I: PT. Citra Aditya Bakti. 1983. Hlm247-248
[6][6] Dr. H. Moch. Dasim mathar. Sejarah, teologi dan etika
agama-agama. Yogyakarta. Pustaka pelajar. Hlm 183
No comments:
Post a Comment