I.
PENDAHULUAN
Keistimewaan manusia dari segala binatang karena
manusia mempunyai akal (animal rational), maka manusia dengan fikirannya
merupakan isi ala yang paling mulia. Tidak ada yang paling mulia didunia ini,
kecuali manusia karena akalnya. Manusia sejak kecil dilahirkan sudah dibekali
oleh allah akal untuk berfikir, sejak kecil sudah dapat mempertimbangkan dan
mengambil kesimpulan. Misalnya anak kecil mersa lapar, lalu berteriak dan
menangis, kemudian baru diperlihatkan botol susu oleh ibunya saja suadh Nampak
kegirangan dan merasa akan memperoleh apa yang dikehendakinya, jika sudah
diberi susu maka tenanglah anak itu. Disinilah tampak, bahwa anak kecilpun
sudah pandai mempertimbangkan,sehingga mengambil kesimpulan-kesimpulan,
sehingga didalam jiwanya terdapat suatu keyakinan baginya. Anak yang sudah
dewasa dan telah dapat menggunakan akal fikirannya, selalu ingin menyelidiki
sebab-musabab sesuatu dan berusaha ingin mengerti hakikat alam, serta sudah
dapat mempertimbangkan perjalanan rencana hidup yang akan dijalaninya. Akan
tetapi penyelidikan manusia dan fikirannya tidak selalu sampai kepada tujuan
yang betul-betul dimaksudkan. Itukah sebabnnya maka orang kalua belum cukup
berpengalaman, jika memahami sesuatu sering menyimpang dari apa yang dimaksud
sebenarnya.
Contoh:
1.
Anak kecil melihat botol ditangan ibunya, dikira akan
diberikannya, padahal akan dicuci, atau sewaktu ibunya membawa pakaian yang
biasa dipakai untuk keluar rumah, dikirany ibunya akan berpergian, padahal
dibawa akan dicucinya.
Dari keterangan ini tampaklah bahwa sebagian
kesimpulan yang diperoleh oleh manusia ketika mencari sebab-sebab dan
dalil-dalil, tepat dan betul dan kadang-kadang menyimpang dan salah.
Ibnu Chaldun dalam muqoddimahnya mengatakan: oleh
karena manusia dalam usahanya untuk berrfikir kadang-kadang berpijak pada jalan
yang benar dan kadang-kadang pada jalan yang salah, maka untuk menyampaikan
fikiran manusia pada jalan yang benar, harus ada ilmu yang dapat membedakan
bagi fikiran manusia untuk memperoleh hasil usaha dan kerja fikiran manusia itu
, ialah “Ilmu Mantiq”.
1.
FAEDAH MEMPELAJARI ILMU MANTIQ
Mempelajari ilmu ini sungguh sangat berfaedah sekali
untuk hal-hal sebagai berikut:
1.
Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa
fikirannya.
2.
Mendidik kekuatan akal fikiran dan memperkembangkannya
yang sebaik-baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan penyelidikan
tentang cara berfikir.
Jadi mempelajari ilmu mantiq itu sama dengan
mempelajari ilmu pasti, dalamm arti sama-sama tidak langsung memperoleh faedah dengan
ilmu itu sendiri. Tapi ilmu itu sebagai perantara yang merupakan suatu jembatan
untuk ilmu-ilmu yang lain juga untuk menimbang sampai diamana kebenarann ilmu
itu. Dengan demikian maka ilmu mantiq juga boleh disebut ilmu pertimmbangann
atau ukuran dalam bahasa arab disebut ‘Ilmulmizan atau Mi’jarul’ulum.
2.
ICHTISAR SEJARAH ILMU MANTIQ
Ilmu mantiq adalah ciptaan ahlli filsafat yunani kuno
sejak abad ke 5 SM. Boleh kitaka yang pertama kali menggerakkan ilmu mantiq
ialah golongan sofisme yang peguruannya mementingkan tentang soal-soal
perdebatan. Adapun peletak batu pertama ialah Socrates kemudian dilanjutkan
oleh plato dan dilengkapi lagi oleh Aristoteles yang menyusun ilmu ini dengan
pembahasan yang teratur dan dibuat persoalannya fasal demi fasal serta ilmu ini
dijadikan falsafah.
Aristoteles diberi gelar guru pertama dari ilmu
pengetahuan. Farabi yang disebutguru kedua dalam ilmu pengetahuan. Guru
pengetahuan menambahkan pembahasan ilmu mantiq ini, dimana ilmu mantiq dulu
hanya merupak teori belaka, tapi sejak faraabi kemudian dimulainya ilmu mantiq
ini secara amali (pratek; dalam arti tiap-tiap qadlijah duji kebenarannya).
3.
TA’RIF ILMU MANTIQ
( Definisi logika)
Ilmu mantiq menurut arti logat ialah bertutur benar
ilmu mantiq (logika) berasal dariperkataan logos bahasa yunani yang berarti
kata atau fikkiran benar.
Macam-macam ta’rif mantiq antaranya:
1.
Ilmu tentang unndang-undang berfikir.
2.
Ilmu untuk mencari dallil.
3.
Ilmu untuk menggerakkan fikiran.
4.
Ilmu yang membahas ttentang undang-undang.
Tujuan ilmu mantiq adalah untuk mebahas hal-ihwal
tetang sesuatu persoalan dengan syarat-syarat, dan jika syarat itu dapat
dipenuhi maka manusia akan memperoleh apa yang telah dianggap benar, yang bagi
masalah lain dianggap baru.
5.
PENJELASAN MENGENAI TA’RIF
Disini akan menjelaskan salah satu ta’rip dari sekian
banyak yang disebut diatas, ialah ta’rif terakhir. Antiq membahas segala
gambaran untuk berfikir yang harus diperhatikan bagi orang yang ingin
menyelidiki dan memikirkan sesuatu agar sampai pada suatu kesimpulan yang
benar. Oleh karena itu mantiq disebut, ilmul ulum dan mizanul’ulum.
6.
ILMU MANTIQ SEBAGAI ILMU ATAU SENI
Sebagian besar ulama menganggap ilmu mantiq itu mirip
dengan ilmu kesenian. Karena manusia walaupun seringkali berfikir itu tak jadi
kebiasaan, bahkan manusia itu disebut juga binatang berfikir, sebelum mengenal
ilmu mantiq. Jadi berfikir itu biasanya mengikuti fikiran orang, tapi ini hanya
dalm berfikir yang sederhana, sebaliknya manusia jika berfikir yang sulit
mereka jadi bingung dan sering mengakibatkan pendapat yang panjang bertentangan
bila mereka berfikir berdasarkan mantiq. Disinilah terang bahwa kesimpulan yang
tanpa mantiqtak dapat dipegang keberaniannya.
7.
HUBUNGAN ILMU DAN MANTIQ
Jadi apakah arti ilmu dana pa hubungannya dengan
mantiq? Ilmu ialah untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui dengan
keyakinan atau perkiraan yang kuat
penertian itu sesuai dengan kenyataan atau tidak. Adapun matiq ialah
untuk mencari jalan dan dengan jalan itulah tercapai ilmu yang benar.
Jadi hubungan ilmu mantiq ialah mencari jalan untuk
mencapai ilmu yang benar, ilmu yang benar membutuhkan mantiq. Ban ilmu mantiq
ialah ilmu yang benarr, yang dikatakan ilmu dari segala ilmu.
II.
BAGIAN ILMU
Ilmu ialah mengenal sesuatu yang belum dikenal. Maka
ilmu terhadap sesuatu yang tunggal itu merupakan gambaran atau tasawur.
Tasawur ialah hasil yang diusahakan oleh akal fikiran, yang dengan akal
fikiran itu dapat diperoleh atau diketahui hakikat yang tunggal. Apabila yang
belum diketahui itu merupakan hubungan-hubungan mufroddengan mufrod yang lain,
seperti orang sudah tahu benar.
Tasdiq ialah mengetahui hubungan antara kedua mufrod
(tasawur) atau memberi atas suatu hakikat. Ilmu terhadap hakikat sesuatu kadang
dicapai dengan mudah sekali tidak membutuhkan pnyelidikan dan pemikiran.
1.
AL-MA’QULAT ULA/DAN AL-MA’QULAT-TSANIAYAH
Seseorang dilahirka belum mmpunyai sesuatu pengertian
selain apa yang diwarisi dari ibu bapaknya, serta mempunyai persediaan untuk
menerima pengaruh sekitarnya. Selain itu allah ta’ala telah membekali sejumlah
urat syaraf sebagai markas fikiran. Dengan perantara pancaindra dan sejumlah
urat saraf manusia memperoleh maklumat dan pengalaman, maka pancaindra dan urat
saraf itulah sebagai jalan untuk ilmu dan keyakinan.
KETERANGAN
SEBAGAI CONTOH
Ma’kul ula ialah lukisan-lukisan yang diperoleh
pancaindra yang terletak di dalam jiwa atau gambaraan yang ada pada hati
terhadap hakikat dan segala apa yang ada diluar hati. Gambaran yang umum
(kulijah) dinamakan ma’qul tsani. Gambaran yang kulijah ialah gambaran yang
terbentuk dari kumpulan sifat-sifat yang sama dari bentuk yang merupakan
djuz’ijah. Jadi ma’qulat tsaniah ialah gambaran kulijah dan merupakan nisbah
dalam hukum yang telah adaa dalam ma’qulat ula.
2.
UNDANG-UNDANG BERFIKIR
Dalm pembahasan dan penyelidikan, jika ingin
memecahkan suatu pengetahuan yang membuktikan mana yang benar dan mana yang
salah. Diantara undang-undang berfikir adaa tiga undang-undang yang seharusnya
dipatuhi oleh orang-orang yang ingin berfikir.
Undang-undang ialah
1.
Qonun dzatilah
Bilamana seorang sudah menganggap puas bahwa sesuatu
yang adadari bermacam-macam keadaan.
2.
Qonun ghairiyah
Bilamana kita sudah mengakui bahwa sesuatu itu
binatang, maka bolehlah kita anggap bahwa sesuatu itu bukan binatang.
3.
Qonun imtina’
Kalua kita anggap sesuatu itu binatang, maka tidak
lepas dari pengakuan itu.
III.
AL-DILALAH
Sesungguhnya ilmu mantiq membahas tentang fikiran dan
penyesuainnya dengan undang-undang berfikir dari situlah maka hubungan ilmu
mantiq ialah dengan fikiran. Jadi pengertian dilalah (petunjuk) memahami
sesuatu dari sesuatu yang lain (fahmu amrin min amrin), amrin pertama mad-ul,
amrin kedua dinamakan akal
1.
BAGIAN DILALAH LAFDHIYAH DAN WADH’IYAH
Lafad itu diucapkan dan dimaksud dari lafad itu dalam
arti keseluruhan atau makna sepenuhnya. Dilalah yang demikian dinamakan dilalah
tathabuqiyah (muthabaqah).
2.
PEMBAHASAN ILU MANTIQ
Dari uraian yang lalu jelas bahwa lapangan yang
dibahas ilmu mantiq, tentang fikirandan mempelajari dalil untuk menghasilkan
ilmu pengetahuan. Karena mencari dalil itu tersusun dari macam-macam susunan
kata dan susunan kata menurut mantiq disebut qadlijah (akan diterangkan nanti).
IV.
PEMBAHASAN LAFAD
Lafad dibagi menjadi 2:
1.
Ada yang mufrod dan
2.
Ada yang murakkab
Ahli mantiq dalam membagi ini berlainan dengan ahli
nahwu, kalu ahli nahwu melihat pada lafad, tetapi ahli mantiq memandang pada
makna. Jadi jika lafaditu mengandung satu makna dinamakan mufrod. Adapun ahli
nahwu penelitiannya pada I’rab bentuk kata, maka jikaa lafaad itu merupakan
I’rab yang satu atau bina yang satu maka merupakan I’rab yang lebih dari satu
atau bina yang lebih dari satu disebut murakab.
1.
BAGIAN MURAKAB
Lafad murakab yang memeri suatu faedah, dimana dengan
faedah lafad itu sempurnalah pembacaan seseorang.
2.
AQSAMUL MURAKAB TAM
(pembagian murakab sempurna)
murakab tam ada suatu susunan yang mengandung
pengertian yang masih diragu-ragukan kebenarannya dan kesalahannya.
3.
AQSAMUL MUFRAD
(bagian mufrad)
Lafad mufrad ada kalanya menunjukkan sesuatu makna
yang tidak mengandung waktu.
4.
ARTI KULLI DAN DJUZ’I
Pengertian djuz’I menurut yang lain ialah suatu
bilamana disusun dari pandanya dan dari lainnya menjadi kulli. Adapun kulli
ideafi ialah lafad mufrad yang mengandung (sesuai) beberapa afrad dengan
kenyataan.
5.
KULLI DIBAGI DENGAN MEMANDANG PERSAMAAN ATAU TIDAKNNYA
MAKNA SATU ITU KEDALAM AFRADNYA
Ada kulli matawath’I dan ada kulli masjakik. Jika ada
persamaan afrad dalam satu makna tanpa ada perbedaan tingkatan menurut
hakikatnya, deperti manusia baik yang berkulit putih dan hitam ialah sama artinya
tidak ada perbedaan dalam sifat kemanusiaan.
6.
BAGIAN ISIM
Hal ini dipandang dari segi mad-lulnja isim itu.
Contoh isim zat, seperti pemuda sekolah, anak-anak, rumah, sungai, jembatan
dll.
V.
TA’RIF
Bagi orang-oran yang akan mebuat ta’rif harus lebih dulu
mempelajari soal-soal lafad dan qadlijah sebab dalil itu tersusun dari beberapa
qadlijah.
1.
Ta’rif lafdhi adalah ta’rif suatu lafad dengan lafad
yang lain dan lebih jelas bagi pendengar mengenai lafad itu.
2.
Ta’rif tanbihi adalah ta’rif yang menghadirkan gambaran
yang sudah tersimpan dalam jalan pendengar yang pada waktu itu terlupa padahal
pernah dikenalnya.
3.
Ta’rif ismi dan haqiqi sebenarnya hampir sama, karena
keduanya merupakan gambaran atau susunan kata.
VI.
TAQSIM
Ta’rifnya menurut lughot adalah suatu yang dipecah-pecah
dan merupakan djuzu atau bagian. Tasqim pertama disebut al qismah thabi’iiyah
ialah menghasilkan hakikat sesuatu dengan menuturkan djuznya yang tersusun dari
padanya. Taqsim kedua disebut al qismah al mantiqqijjah ialah pengumpulan dari
sifat yang berlainan atau bertentangan.
VII.
MABHATSUL QADLAJA
Qadlijah merupakan susunan; matahari panas, hawa sejuk
pintu terbuka. Dengan demikian baru kita mendapatkan suatu susunan yang
berfaedah.
1.
ADJZAUL QADLIJAH
Qadlijah memberi hukum tasdiq terhadap sesuatu atau
mengingkarinya (artinya memberi huku ya atau tidak). Jadi tiap-tiap qadliah
membutuhkan tiga fakta yaitu:
1.
Adanya lafad yang
diberi hukum ya atau tidak.
2.
Adanya lafad yang memberi hukum kepada yang lain.
3.
Adanya lafad yang menjadi alat penghubung antara dua
lafad.
2.
ANWA’UL QADLIJAH
Qadlijahh memberi faedahadanya hubungan suatu dengan
sesuatu yang lain. Maka adanya hubungan dalam qadlijah ini berarti
menghubungkan suatu mufrad dengan mufrad lain.
3.
AQSAMUL QADLIJAH SYARTIYAH
Qadlijah syartiyah muttashilah (hypothical
proposition). jadi ta’rifnya, qadlijah syartiyah muttasilah ialah suatu
qadlijah yang mengandung hukum kebenaran suatu qadlijah berdasarkan atas
kebenaran suatu qadlijah yang lain didalam hal ijab.
4.
ADJAZAUL QADLIJAH SAYARTIYAH
Qadlijah syartiyah mutashilah maupun munfashilah
masing-masing mengandung 2 djuzu’ (bagian).
VIII.
AHKAMUL QADLAYA
Setiap kita mencari kebenaran suatu qadlijah atau
kebohongannya tidak begitu mudah dapatmencari dalilnya tentang kebenaran atau
kebohongannya, tetapi harus menempuh jalan yang berliku-liku dahulu seperti
qiyas misalnya. Demikian kita kadang dapat pula mencari kebenaran suatu
qadlijah atau kesalahannya dengan secara langsung yang demikian ini yang
disebut ISTINBAT sehderhana.
IX.
AL’ QIAS
Qias merupakan kiamat yang tersusun dari beberapa
qadlijah, jika qadlijah itu benar maka lazim dari padanya menurut keadaan
qadlijah itu, menimbulkan suatu qadlijah yang lain dan baru seperti:
1.
Besi itu ialah logam.
2.
Taip lagam ialah unsur.
3.
Maka besi itu merupakan unsur.
Qias ialah suatu pengambilan kesimpulan dimana kita
menarik dari satu macam keputusan (qadlija) yang mengandung unsur bersamaan dan
salah satunya harus universal. Suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama
dengan kebenaran yang ada pada kedua keputusan yang terdahulu.
1.
Adjazul-qias
2.
Macam-macam qias
3.
Bagian-bagian qias iqtirani
4.
Qias iqtirani hamli
5.
Askyalul qias wadlurubuhu
6.
Dlurubul qias
7.
Syakal pertama
8.
Syakal kedua
9.
Syakal ketiga
10. Syakal keempat
11. Al-qias iqtirani
asy-syaethi
12. Al-qias
al-istisna’i
13. Hukum-hukum qias
ittishali
14. Hukum qias
is-titsna’I infishali
15. Qias murakab
16. Al-qias mua’llal
17. Qia al-chalaf
X.
PEMBAHASAN MENCARU DALIL SECARA ISTINBAT
Mengenai pembahasan lafad, qadliyah, dan
hukum-hukumnya. Juga mencari dalil secara qias dan berikutnya yang ada
hubungannya dengan qias, yang ternasuk dari segala apa mengenai mantiq assuri.
Maka sebagaimana kebenaran muqaddam dalam syartiyah, melazimkan kebenaran
talinya.
1.
Pembahasan dalam menetapkan kebenaran muqaddimah
2.
Hubungan antara qias dan istinbat
3.
Ta’riful istinbat
4.
Ta’riful qias
5.
Bagian-bagian istinbat
6.
Macam-macam istinbat naqish
7.
Jalan istinbat
8.
Al-farudlu
9.
Syrutul fardl
10. Atta’rudl wa
tarjih
11. At-ta’lil
12. Qawqinil
istinbat’ilmi
13. Aqsamul hudjdjah.
No comments:
Post a Comment