Friday, December 16, 2016

Makalah Ilmu Mantiq (LOGIKA)



I.                   PENDAHULUAN

Keistimewaan manusia dari segala binatang karena manusia mempunyai akal (animal rational), maka manusia dengan fikirannya merupakan isi ala yang paling mulia. Tidak ada yang paling mulia didunia ini, kecuali manusia karena akalnya. Manusia sejak kecil dilahirkan sudah dibekali oleh allah akal untuk berfikir, sejak kecil sudah dapat mempertimbangkan dan mengambil kesimpulan. Misalnya anak kecil mersa lapar, lalu berteriak dan menangis, kemudian baru diperlihatkan botol susu oleh ibunya saja suadh Nampak kegirangan dan merasa akan memperoleh apa yang dikehendakinya, jika sudah diberi susu maka tenanglah anak itu. Disinilah tampak, bahwa anak kecilpun sudah pandai mempertimbangkan,sehingga mengambil kesimpulan-kesimpulan, sehingga didalam jiwanya terdapat suatu keyakinan baginya. Anak yang sudah dewasa dan telah dapat menggunakan akal fikirannya, selalu ingin menyelidiki sebab-musabab sesuatu dan berusaha ingin mengerti hakikat alam, serta sudah dapat mempertimbangkan perjalanan rencana hidup yang akan dijalaninya. Akan tetapi penyelidikan manusia dan fikirannya tidak selalu sampai kepada tujuan yang betul-betul dimaksudkan. Itukah sebabnnya maka orang kalua belum cukup berpengalaman, jika memahami sesuatu sering menyimpang dari apa yang dimaksud sebenarnya.

            Contoh:

1.      Anak kecil melihat botol ditangan ibunya, dikira akan diberikannya, padahal akan dicuci, atau sewaktu ibunya membawa pakaian yang biasa dipakai untuk keluar rumah, dikirany ibunya akan berpergian, padahal dibawa akan dicucinya.

Dari keterangan ini tampaklah bahwa sebagian kesimpulan yang diperoleh oleh manusia ketika mencari sebab-sebab dan dalil-dalil, tepat dan betul dan kadang-kadang menyimpang dan salah.

Ibnu Chaldun dalam muqoddimahnya mengatakan: oleh karena manusia dalam usahanya untuk berrfikir kadang-kadang berpijak pada jalan yang benar dan kadang-kadang pada jalan yang salah, maka untuk menyampaikan fikiran manusia pada jalan yang benar, harus ada ilmu yang dapat membedakan bagi fikiran manusia untuk memperoleh hasil usaha dan kerja fikiran manusia itu , ialah “Ilmu Mantiq”.



1.      FAEDAH MEMPELAJARI ILMU MANTIQ

Mempelajari ilmu ini sungguh sangat berfaedah sekali untuk hal-hal sebagai berikut:

1.      Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa fikirannya.

2.      Mendidik kekuatan akal fikiran dan memperkembangkannya yang sebaik-baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan penyelidikan tentang cara berfikir.

Jadi mempelajari ilmu mantiq itu sama dengan mempelajari ilmu pasti, dalamm arti sama-sama tidak langsung memperoleh faedah dengan ilmu itu sendiri. Tapi ilmu itu sebagai perantara yang merupakan suatu jembatan untuk ilmu-ilmu yang lain juga untuk menimbang sampai diamana kebenarann ilmu itu. Dengan demikian maka ilmu mantiq juga boleh disebut ilmu pertimmbangann atau ukuran dalam bahasa arab disebut ‘Ilmulmizan atau Mi’jarul’ulum.

2.      ICHTISAR SEJARAH ILMU MANTIQ

Ilmu mantiq adalah ciptaan ahlli filsafat yunani kuno sejak abad ke 5 SM. Boleh kitaka yang pertama kali menggerakkan ilmu mantiq ialah golongan sofisme yang peguruannya mementingkan tentang soal-soal perdebatan. Adapun peletak batu pertama ialah Socrates kemudian dilanjutkan oleh plato dan dilengkapi lagi oleh Aristoteles yang menyusun ilmu ini dengan pembahasan yang teratur dan dibuat persoalannya fasal demi fasal serta ilmu ini dijadikan falsafah.

Aristoteles diberi gelar guru pertama dari ilmu pengetahuan. Farabi yang disebutguru kedua dalam ilmu pengetahuan. Guru pengetahuan menambahkan pembahasan ilmu mantiq ini, dimana ilmu mantiq dulu hanya merupak teori belaka, tapi sejak faraabi kemudian dimulainya ilmu mantiq ini secara amali (pratek; dalam arti tiap-tiap qadlijah duji kebenarannya).

3.      TA’RIF ILMU MANTIQ

( Definisi logika)

Ilmu mantiq menurut arti logat ialah bertutur benar ilmu mantiq (logika) berasal dariperkataan logos bahasa yunani yang berarti kata atau fikkiran benar.

Macam-macam ta’rif mantiq antaranya:

1.      Ilmu tentang unndang-undang berfikir.

2.      Ilmu untuk mencari dallil.

3.      Ilmu untuk menggerakkan fikiran.

4.      Ilmu yang membahas ttentang undang-undang.

Tujuan ilmu mantiq adalah untuk mebahas hal-ihwal tetang sesuatu persoalan dengan syarat-syarat, dan jika syarat itu dapat dipenuhi maka manusia akan memperoleh apa yang telah dianggap benar, yang bagi masalah lain dianggap baru.

5.      PENJELASAN MENGENAI TA’RIF

Disini akan menjelaskan salah satu ta’rip dari sekian banyak yang disebut diatas, ialah ta’rif terakhir. Antiq membahas segala gambaran untuk berfikir yang harus diperhatikan bagi orang yang ingin menyelidiki dan memikirkan sesuatu agar sampai pada suatu kesimpulan yang benar. Oleh karena itu mantiq disebut, ilmul ulum dan mizanul’ulum.

6.      ILMU MANTIQ SEBAGAI ILMU ATAU SENI

Sebagian besar ulama menganggap ilmu mantiq itu mirip dengan ilmu kesenian. Karena manusia walaupun seringkali berfikir itu tak jadi kebiasaan, bahkan manusia itu disebut juga binatang berfikir, sebelum mengenal ilmu mantiq. Jadi berfikir itu biasanya mengikuti fikiran orang, tapi ini hanya dalm berfikir yang sederhana, sebaliknya manusia jika berfikir yang sulit mereka jadi bingung dan sering mengakibatkan pendapat yang panjang bertentangan bila mereka berfikir berdasarkan mantiq. Disinilah terang bahwa kesimpulan yang tanpa mantiqtak dapat dipegang keberaniannya.

7.      HUBUNGAN ILMU DAN MANTIQ

Jadi apakah arti ilmu dana pa hubungannya dengan mantiq? Ilmu ialah untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui dengan keyakinan atau perkiraan yang kuat  penertian itu sesuai dengan kenyataan atau tidak. Adapun matiq ialah untuk mencari jalan dan dengan jalan itulah tercapai ilmu yang benar.

Jadi hubungan ilmu mantiq ialah mencari jalan untuk mencapai ilmu yang benar, ilmu yang benar membutuhkan mantiq. Ban ilmu mantiq ialah ilmu yang benarr, yang dikatakan ilmu dari segala ilmu.

II.                BAGIAN ILMU

Ilmu ialah mengenal sesuatu yang belum dikenal. Maka ilmu terhadap sesuatu yang tunggal itu merupakan gambaran atau tasawur. Tasawur ialah hasil yang diusahakan oleh akal fikiran, yang dengan akal fikiran itu dapat diperoleh atau diketahui hakikat yang tunggal. Apabila yang belum diketahui itu merupakan hubungan-hubungan mufroddengan mufrod yang lain, seperti orang sudah tahu benar.

Tasdiq ialah mengetahui hubungan antara kedua mufrod (tasawur) atau memberi atas suatu hakikat. Ilmu terhadap hakikat sesuatu kadang dicapai dengan mudah sekali tidak membutuhkan pnyelidikan dan pemikiran.

1.      AL-MA’QULAT ULA/DAN AL-MA’QULAT-TSANIAYAH

Seseorang dilahirka belum mmpunyai sesuatu pengertian selain apa yang diwarisi dari ibu bapaknya, serta mempunyai persediaan untuk menerima pengaruh sekitarnya. Selain itu allah ta’ala telah membekali sejumlah urat syaraf sebagai markas fikiran. Dengan perantara pancaindra dan sejumlah urat saraf manusia memperoleh maklumat dan pengalaman, maka pancaindra dan urat saraf itulah sebagai jalan untuk ilmu dan keyakinan.

 KETERANGAN SEBAGAI CONTOH

Ma’kul ula ialah lukisan-lukisan yang diperoleh pancaindra yang terletak di dalam jiwa atau gambaraan yang ada pada hati terhadap hakikat dan segala apa yang ada diluar hati. Gambaran yang umum (kulijah) dinamakan ma’qul tsani. Gambaran yang kulijah ialah gambaran yang terbentuk dari kumpulan sifat-sifat yang sama dari bentuk yang merupakan djuz’ijah. Jadi ma’qulat tsaniah ialah gambaran kulijah dan merupakan nisbah dalam hukum yang telah adaa dalam ma’qulat ula.

2.      UNDANG-UNDANG BERFIKIR

Dalm pembahasan dan penyelidikan, jika ingin memecahkan suatu pengetahuan yang membuktikan mana yang benar dan mana yang salah. Diantara undang-undang berfikir adaa tiga undang-undang yang seharusnya dipatuhi oleh orang-orang yang ingin berfikir.

Undang-undang ialah

1.      Qonun dzatilah

Bilamana seorang sudah menganggap puas bahwa sesuatu yang adadari bermacam-macam keadaan.

2.      Qonun ghairiyah

Bilamana kita sudah mengakui bahwa sesuatu itu binatang, maka bolehlah kita anggap bahwa sesuatu itu bukan binatang.

3.      Qonun imtina’

Kalua kita anggap sesuatu itu binatang, maka tidak lepas dari pengakuan itu.

III.             AL-DILALAH

Sesungguhnya ilmu mantiq membahas tentang fikiran dan penyesuainnya dengan undang-undang berfikir dari situlah maka hubungan ilmu mantiq ialah dengan fikiran. Jadi pengertian dilalah (petunjuk) memahami sesuatu dari sesuatu yang lain (fahmu amrin min amrin), amrin pertama mad-ul, amrin kedua dinamakan akal

1.      BAGIAN DILALAH LAFDHIYAH DAN WADH’IYAH

Lafad itu diucapkan dan dimaksud dari lafad itu dalam arti keseluruhan atau makna sepenuhnya. Dilalah yang demikian dinamakan dilalah tathabuqiyah (muthabaqah).

2.      PEMBAHASAN ILU MANTIQ

Dari uraian yang lalu jelas bahwa lapangan yang dibahas ilmu mantiq, tentang fikirandan mempelajari dalil untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Karena mencari dalil itu tersusun dari macam-macam susunan kata dan susunan kata menurut mantiq disebut qadlijah (akan diterangkan nanti).

IV.             PEMBAHASAN LAFAD

Lafad dibagi menjadi 2:

1.      Ada yang mufrod dan

2.      Ada yang murakkab

Ahli mantiq dalam membagi ini berlainan dengan ahli nahwu, kalu ahli nahwu melihat pada lafad, tetapi ahli mantiq memandang pada makna. Jadi jika lafaditu mengandung satu makna dinamakan mufrod. Adapun ahli nahwu penelitiannya pada I’rab bentuk kata, maka jikaa lafaad itu merupakan I’rab yang satu atau bina yang satu maka merupakan I’rab yang lebih dari satu atau bina yang lebih dari satu disebut murakab.

1.      BAGIAN MURAKAB

Lafad murakab yang memeri suatu faedah, dimana dengan faedah lafad itu sempurnalah pembacaan seseorang.

2.      AQSAMUL MURAKAB TAM

(pembagian murakab sempurna)

murakab tam ada suatu susunan yang mengandung pengertian yang masih diragu-ragukan kebenarannya dan kesalahannya.

3.      AQSAMUL MUFRAD

(bagian mufrad)

Lafad mufrad ada kalanya menunjukkan sesuatu makna yang tidak mengandung waktu.

4.      ARTI KULLI DAN DJUZ’I

Pengertian djuz’I menurut yang lain ialah suatu bilamana disusun dari pandanya dan dari lainnya menjadi kulli. Adapun kulli ideafi ialah lafad mufrad yang mengandung (sesuai) beberapa afrad dengan kenyataan.

5.      KULLI DIBAGI DENGAN MEMANDANG PERSAMAAN ATAU TIDAKNNYA MAKNA SATU ITU KEDALAM AFRADNYA

Ada kulli matawath’I dan ada kulli masjakik. Jika ada persamaan afrad dalam satu makna tanpa ada perbedaan tingkatan menurut hakikatnya, deperti manusia baik yang berkulit putih dan hitam ialah sama artinya tidak ada perbedaan dalam sifat kemanusiaan.

6.      BAGIAN ISIM

Hal ini dipandang dari segi mad-lulnja isim itu. Contoh isim zat, seperti pemuda sekolah, anak-anak, rumah, sungai, jembatan dll.

V.                TA’RIF

Bagi orang-oran yang akan mebuat ta’rif harus lebih dulu mempelajari soal-soal lafad dan qadlijah sebab dalil itu tersusun dari beberapa qadlijah.

1.      Ta’rif lafdhi adalah ta’rif suatu lafad dengan lafad yang lain dan lebih jelas bagi pendengar mengenai lafad itu.

2.      Ta’rif tanbihi adalah ta’rif yang menghadirkan gambaran yang sudah tersimpan dalam jalan pendengar yang pada waktu itu terlupa padahal pernah dikenalnya.

3.      Ta’rif ismi dan haqiqi sebenarnya hampir sama, karena keduanya merupakan gambaran atau susunan kata.

VI.             TAQSIM

Ta’rifnya menurut lughot adalah suatu yang dipecah-pecah dan merupakan djuzu atau bagian. Tasqim pertama disebut al qismah thabi’iiyah ialah menghasilkan hakikat sesuatu dengan menuturkan djuznya yang tersusun dari padanya. Taqsim kedua disebut al qismah al mantiqqijjah ialah pengumpulan dari sifat yang berlainan atau bertentangan.

VII.          MABHATSUL QADLAJA

Qadlijah merupakan susunan; matahari panas, hawa sejuk pintu terbuka. Dengan demikian baru kita mendapatkan suatu susunan yang berfaedah.

1.      ADJZAUL QADLIJAH

Qadlijah memberi hukum tasdiq terhadap sesuatu atau mengingkarinya (artinya memberi huku ya atau tidak). Jadi tiap-tiap qadliah membutuhkan tiga fakta yaitu:

1.      Adanya lafad yang  diberi hukum ya atau tidak.

2.      Adanya lafad yang memberi hukum kepada yang lain.

3.      Adanya lafad yang menjadi alat penghubung antara dua lafad.

2.      ANWA’UL QADLIJAH

Qadlijahh memberi faedahadanya hubungan suatu dengan sesuatu yang lain. Maka adanya hubungan dalam qadlijah ini berarti menghubungkan suatu mufrad dengan mufrad lain.

3.      AQSAMUL QADLIJAH SYARTIYAH

Qadlijah syartiyah muttashilah (hypothical proposition). jadi ta’rifnya, qadlijah syartiyah muttasilah ialah suatu qadlijah yang mengandung hukum kebenaran suatu qadlijah berdasarkan atas kebenaran suatu qadlijah yang lain didalam hal ijab.

4.      ADJAZAUL QADLIJAH SAYARTIYAH

Qadlijah syartiyah mutashilah maupun munfashilah masing-masing mengandung 2 djuzu’ (bagian).

VIII.       AHKAMUL QADLAYA

Setiap kita mencari kebenaran suatu qadlijah atau kebohongannya tidak begitu mudah dapatmencari dalilnya tentang kebenaran atau kebohongannya, tetapi harus menempuh jalan yang berliku-liku dahulu seperti qiyas misalnya. Demikian kita kadang dapat pula mencari kebenaran suatu qadlijah atau kesalahannya dengan secara langsung yang demikian ini yang disebut ISTINBAT sehderhana.

IX.             AL’ QIAS

Qias merupakan kiamat yang tersusun dari beberapa qadlijah, jika qadlijah itu benar maka lazim dari padanya menurut keadaan qadlijah itu, menimbulkan suatu qadlijah yang lain dan baru seperti:

1.      Besi itu ialah logam.

2.      Taip lagam ialah unsur.

3.      Maka besi itu merupakan unsur.

Qias ialah suatu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dari satu macam keputusan (qadlija) yang mengandung unsur bersamaan dan salah satunya harus universal. Suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan kebenaran yang ada pada kedua keputusan yang terdahulu.

1.      Adjazul-qias

2.      Macam-macam qias

3.      Bagian-bagian qias iqtirani

4.      Qias iqtirani hamli

5.      Askyalul qias wadlurubuhu

6.      Dlurubul qias

7.      Syakal pertama

8.      Syakal kedua

9.      Syakal ketiga

10.  Syakal keempat

11.  Al-qias iqtirani asy-syaethi

12.  Al-qias al-istisna’i

13.  Hukum-hukum qias ittishali

14.  Hukum qias is-titsna’I infishali

15.  Qias murakab

16.  Al-qias mua’llal

17.  Qia al-chalaf

X.                PEMBAHASAN MENCARU DALIL SECARA ISTINBAT

Mengenai pembahasan lafad, qadliyah, dan hukum-hukumnya. Juga mencari dalil secara qias dan berikutnya yang ada hubungannya dengan qias, yang ternasuk dari segala apa mengenai mantiq assuri. Maka sebagaimana kebenaran muqaddam dalam syartiyah, melazimkan kebenaran talinya.

1.      Pembahasan dalam menetapkan kebenaran muqaddimah

2.      Hubungan antara qias dan istinbat

3.      Ta’riful istinbat

4.      Ta’riful qias

5.      Bagian-bagian istinbat

6.      Macam-macam istinbat naqish

7.      Jalan istinbat

8.      Al-farudlu

9.      Syrutul fardl

10.  Atta’rudl wa tarjih

11.  At-ta’lil

12.  Qawqinil istinbat’ilmi

13.  Aqsamul hudjdjah.

No comments:

Post a Comment